Lelang Frekuensi 1,4 GHz Rampung, Babak Baru Internet 100 Mbps dan BWA

Posted on

Lelang pita frekuensi 1,4 GHz resmi berakhir dengan dua pemenang, yakni Telemedia Komunikasi Pratama dan Eka Mas Republik. Hasil ini menandai langkah baru bagi pengembangan internet berkecepatan tinggi hingga 100 Mbpsdan layanan broadband wireless access (BWA) di Indonesia.

Telemedia Komunikasi Pratama, anak usaha dari Surge, keluar sebagai pemenang untuk Regional 1 dengan satu blok 80 MHz. Sementara itu, Eka Mas Republik yang dikenal melalui merek MyRepublic, berhasil mengamankan Regional 2 dan 3 dengan dua blok total menjadi 160 MHz.

Kemenangan dua perusahaan ini menunjukkan arah baru industri telekomunikasi nasional yang kian kompetitif. Frekuensi 1,4 GHz sendiri akan dimanfaatkan untuk menghadirkan layanan akses nirkabel pita lebar (BWA) berbasis teknologi Time Division Duplex (TDD) yang disebut mampu menyediakan koneksi internet cepat dan stabil dengan tarif terjangkau.

Komdigi menyebutkan frekuensi 1,4 GHz diharapkan dapat menyediakan layanan internet cepat dengan kecepatan sampai dengan 100 Mbps dengan harga terjangkau bagi masyarakat luas. Adapun saat ini, koneksi internet tetap RI menurut Speedtest baru di angka 41 Mbps.

“Makanya sering disebut voorijder kan. Program ini voorijder bagaimana menarik FO (fiber optik) ini sampai ke titik akhir BTS (base transceiver station) baru ke rumah-rumah untuk menggunakan frekuensi 1,4 GHz. Ini untuk fixed broadband, bukan seluler,” ujar Direktur Jenderal Infrastruktur Digital Kementerian Komdigi, Wayan Toni Supriyanto (4/8/2025)

Seleksi spektrum tersebut juga guna menghadirkan layanan akses nirkabel pitalebar yang diharapkan dapat meningkatkan jangkauan akses internet berbasis jaringan fixed broadband.

Selain itu, frekuensi 1,4 GHz diharapkan Komdigi untuk membangkitkan kembali layanan BWA yang sempat gagal sebelum digantikan 4G.

Sebagai informasi bahwa Indonesia sebelumnya pernah menerapkan mengalokasikan frekuensi untuk layanan BWA berdasarkan wilayah. Konsep BWA berdasarkan wilayah tersebut gagal dan seluruh perusahaan pemegang lisensi BWA menghentikan layanannya, seperti Bakrie Telecom, Jasnita, Bolt, dan Berca mengembalikan spektrum ke negara.

“Kalau BWA yang dulu mereka mencoba untuk menjadi mobile. Kalau ini nggak bisa. (Frekuensi 1,4 GHz) Memang didesain hanya untuk fixed. Dari awal sampai akhir sudah dibatasi, nggak ada nomornya, nggak ada kemampuan untuk handover, itu nggak ada. Ini murni fixed,” tutur Sekjen Kementerian Komdigi Ismail saat ditemui di sela-sela acara ‘Building a Resilent Digital Indonesia, Jakarta, Kamis (26/6/2025).