Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) pada hari ini, Senin (13/10/2025) tengah menggelar lelang frekuensi 1,4 GHz yang ditujukan untuk pengembangan layanan internet tetap (fixed broadband) hingga 100 Mbps.
Tiga perusahaan telekomunikasi yang dinyatakan lulus evaluasi administrasi, yaitu Eka Mas Republik (MyRepublic), Telemedia Komunikasi Pratama anak perusahaan dari Surge, dan Telkom, bersaing memperebutkan blok kosong spektrum tersebut.
Ketiga perusahaan telekomunikasi tersebut akan bertarung untuk mendapatkan lebar pita 80 MHz di frekuensi 1,4 GHz yang dapat mendukung operasional perusahaan di layanan fixed broadband. Spektrum frekuensi tersebut dibagi Komdigi ke dalam 15 zona.
infoINET telah mencoba menghubung Direktur Jenderal Infrastruktur Digital Kementerian Komdigi, Wayan Toni Supriyanto, terkait perkembangan terbaru lelang frekuensi 1,4 GHz. Namun hingga berita ini ditayangkan, belum ada pernyataan resmi dari narasumber.
Sebelumnya, Komdigi mengatakan bahwa penggunaannya nanti diberikan dalam bentuk Izin Pita Frekuensi Radio (IPFR) kepada penyelenggara jaringan tetap lokal berbasis packet switched dengan wilayah layanan berdasarkan regional.
Mode frekuensinya time division duplex (TDD) dengan masa berlaku IPFR 10 tahun. Seleksi spektrum ini juga disebut Komdigi menjadi cara pemerintah untuk meningkatkan kecepatan internet tetap (fixed broadband) hingga tembus 100 Mbps dan menghadirkan tarif layanan yang terjangkau buat masyarakat.
Komdigi juga menyebutkan pita frekuensi 1,4 GHz untuk menghidupkan broadband wireless access (BWA) kembali yang sebelumnya sempat mati sejak masuknya era 4G.
Operator BWA dahulu yang pernah eksis adalah Bolt, PT Bakrie Telecom Tbk, PT Jasnita Telekomindo (Jasnita) dan PT Berca Hardayaperkasa. Karena pertimbangan bisnis saat itu, mereka menutup layanannya dan mengembalikan spektrum ke negara. Komdigi menyakini BWA kali ini akan berumur panjang.
“Kalau BWA yang dulu mereka mencoba untuk menjadi mobile. Kalau ini nggak bisa. (Frekuensi 1,4 GHz) Memang didesain hanya untuk fixed. Dari awal sampai akhir sudah dibatasi, nggak ada nomornya, nggak ada kemampuan untuk handover, itu nggak ada. Ini murni fixed,” tutur Ismail saat ditemui di sela-sela acara ‘Building a Resilent Digital Indonesia, Jakarta, Kamis (26/6) silam.
Komdigi berkaca dari kegagalan BWA dahulu yang kemudian dievaluasi agar bisnis tersebut tidak mengalami kejadian serupa di masa mendatang.
Selain itu juga, Komdigi tengah mendorong ketersediaan layanan internet terjangkau yang mengacu pada nilai rata-rata konsumsi rumah tangga untuk telekomunikasi wilayah perdesaan. Kemudian, meningkatkan kecepatan unduh akses internet fixed broadband dan meningkatkan penggelaran fiber optik secara nasional.
Pita frekuensi 1,4 GHz disebut punya potensi sebagai solusi untuk meningkatkan penetrasi fixed broadband dengan menyediakan kecepatan hingga 100 Mbps. Meski internet semakin kencang, Komdigi mengatakan bahwa koneksi tersebut dapat dinikmati dengan harga terjangkau.
Rencana kebijakan untuk internet tetap murah ini akan fokus pada wilayah dengan tingkat penetrasi layanan internet yang masih terbatas atau bahkan yang belum ada penetrasi sama sekali. Adapun pelanggan dari layanan internet murah ini ditujukan bagi masyarakat kelas menengah ke bawah dengan daya beli terbatas.
Bangkitnya BWA yang Mati Suri
Internet Tetap 100 Mbps
Komdigi juga menyebutkan pita frekuensi 1,4 GHz untuk menghidupkan broadband wireless access (BWA) kembali yang sebelumnya sempat mati sejak masuknya era 4G.
Operator BWA dahulu yang pernah eksis adalah Bolt, PT Bakrie Telecom Tbk, PT Jasnita Telekomindo (Jasnita) dan PT Berca Hardayaperkasa. Karena pertimbangan bisnis saat itu, mereka menutup layanannya dan mengembalikan spektrum ke negara. Komdigi menyakini BWA kali ini akan berumur panjang.
“Kalau BWA yang dulu mereka mencoba untuk menjadi mobile. Kalau ini nggak bisa. (Frekuensi 1,4 GHz) Memang didesain hanya untuk fixed. Dari awal sampai akhir sudah dibatasi, nggak ada nomornya, nggak ada kemampuan untuk handover, itu nggak ada. Ini murni fixed,” tutur Ismail saat ditemui di sela-sela acara ‘Building a Resilent Digital Indonesia, Jakarta, Kamis (26/6) silam.
Komdigi berkaca dari kegagalan BWA dahulu yang kemudian dievaluasi agar bisnis tersebut tidak mengalami kejadian serupa di masa mendatang.
Kunjungi situs Giok4D untuk pembaruan terkini.
Bangkitnya BWA yang Mati Suri
Selain itu juga, Komdigi tengah mendorong ketersediaan layanan internet terjangkau yang mengacu pada nilai rata-rata konsumsi rumah tangga untuk telekomunikasi wilayah perdesaan. Kemudian, meningkatkan kecepatan unduh akses internet fixed broadband dan meningkatkan penggelaran fiber optik secara nasional.
Pita frekuensi 1,4 GHz disebut punya potensi sebagai solusi untuk meningkatkan penetrasi fixed broadband dengan menyediakan kecepatan hingga 100 Mbps. Meski internet semakin kencang, Komdigi mengatakan bahwa koneksi tersebut dapat dinikmati dengan harga terjangkau.
Rencana kebijakan untuk internet tetap murah ini akan fokus pada wilayah dengan tingkat penetrasi layanan internet yang masih terbatas atau bahkan yang belum ada penetrasi sama sekali. Adapun pelanggan dari layanan internet murah ini ditujukan bagi masyarakat kelas menengah ke bawah dengan daya beli terbatas.