Presiden Prabowo Subianto menegaskan pentingnya penguasaan sains dan teknologi, termasuk kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) untuk membawa Indonesia menjadi negara maju. Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi)
Dalam pidato kenegaraan pada Sidang Tahunan MPR 2025, Prabowo mengatakan ketersediaan talenta digital di bidang AI merupakan salah satu kunci penting dalam mewujudkan cita-cita tersebut.
“Kita harus menguasai AI, untuk itu kita perlu mencetak talenta-talenta hebat dan meningkatkan kualitas pendidikan kita,” tegas Presiden di Gedung MPR/DPR RI, Jakarta Pusat, Jumat (15/08/2025).
Lebih lanjut, Prabowo mengatakan, penguasaan teknologi berperan penting dalam mewujudkan kedaulatan digital dan kemajuan ekonomi Indonesia di era persaingan global yang semakin ketat.
Menindaklanjuti arahan tersebut, Menkomdigi Meutya Hafid mengungkapkan bahwa Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) telah menyiapkan peta jalan untuk mempercepat penguasaan AI oleh bangsa Indonesia.
“Strategi ini dimulai dengan pencetakan talenta digital melalui program pelatihan berskala nasional, kerja sama dengan perguruan tinggi, serta kolaborasi dengan perusahaan teknologi global untuk mentransfer pengetahuan dan keahlian,” jelasnya dikutip dari keterangan tertulisnya, Minggu (17/8/2025).
Pemerintah menargetkan upaya ini dapat melahirkan talenta-talenta digital di bidang AI yang tidak hanya mampu memanfaatkan teknologi, tetapi juga menciptakan inovasi berkelas dunia.
“Dengan strategi ini, Indonesia diharapkan dapat melompat dari sekadar pengguna menjadi produsen teknologi, memperkuat kedaulatan digital, dan memastikan posisi yang terhormat di panggung ekonomi digital internasional,” ungkapnya.
Selain itu, Pemerintah akan memperkuat infrastruktur digital untuk mendukung pengembangan AI serta mendorong percepatan adopsi AI dalam layanan publik dan industri strategis.
“Infrastruktur ini menjadi fondasi penting untuk riset, pengembangan, dan implementasi AI di berbagai sektor,” kata Meutya.
Target dan Tantangan Talenta Digital
Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Kementerian Komdigi, Bonifasius Wahyu Pudjianto, mengungkapkan dalam tiga tahun terakhir telah menjangkau lebih dari 500 ribu peserta pelatihan digital. Ke depannya akan ditingkatkan jumlahnya menjadi 600 ribu talenta digital per tahunnya.
Sebelumnya, Wakil Menteri Komunikasi dan Digital (Wamenkomdigi) Nezar Patria menilai untuk menguasai bidang AI, maka Indonesia harus berdaulat digital di tengah derasnya arus transformasi global, dengan menyiapkan ekosistem nasional yang kuat: dari riset dan pengembangan (R&D), komputasi, regulasi, hingga talenta digital unggul.
Indonesia, lanjut Nezar, memiliki kekayaan sumber daya alam (SDA) yang sangat strategis untuk industri chip dan komputasi AI global, seperti nikel, boron, hingga mineral penting lainnya. Namun, belum ada desain besar yang mampu menjadikan kekayaan tersebut sebagai bagian dari ekosistem global AI.
Menurut Nezar, ada tiga tantangan utama dalam transformasi digital Indonesia yang harus segera diatasi untuk bisa menjadi negara yang berdaulat digital, yakni kesenjangan infrastruktur digital, ancaman serangan siber dan defisit talenta digital. Bahkan, Indonesia diproyeksikan membutuhkan lebih dari 12 juta talenta digital pada 2030, namun masih kekurangan 2,7 juta. Kesenjangan ini bisa menghambat seluruh proses transformasi.
Oleh karena itu, ia menegaskan bahwa pengembangan talenta digital menjadi hal yang sangat penting untuk menuju kedaulatan digital Indonesia. Ia yakin jika Sumber Daya Manusia-nya berkualitas, maka keterbatasan infrastruktur bisa ditaklukkan untuk membuat inovasi-inovasi dalam kemajuan teknologi digital.
“Sekali lagi talenta digital ini menurut saya proyek nomor satu, infrastruktur itu mungkin bisa terbatas, tapi kalau orangnya kreatif dia bisa taklukan keterbatasan itu. China membuktikan itu dengan keterbatasan, begitu juga India juga dengan talenta-talenta yang baik mereka bisa lebih maju dalam adopsi teknologi digital ini,” tutur Nezar (30/6/2025).
Salah satu jalan pembuka untuk menuju kedaulatan digital adalah Indonesia perlu membuat regulasi AI yang jelas di mana Atlas of AI harus menjadi pedoman dalam pembuatannya. Adapun sekarang pemerintah tengah mempersiapkan peta jalan dan peraturan presiden terkait AI yang rencana diterbitkan September 2025.
Target dan Tantangan Talenta Digital
Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Kementerian Komdigi, Bonifasius Wahyu Pudjianto, mengungkapkan dalam tiga tahun terakhir telah menjangkau lebih dari 500 ribu peserta pelatihan digital. Ke depannya akan ditingkatkan jumlahnya menjadi 600 ribu talenta digital per tahunnya.
Sebelumnya, Wakil Menteri Komunikasi dan Digital (Wamenkomdigi) Nezar Patria menilai untuk menguasai bidang AI, maka Indonesia harus berdaulat digital di tengah derasnya arus transformasi global, dengan menyiapkan ekosistem nasional yang kuat: dari riset dan pengembangan (R&D), komputasi, regulasi, hingga talenta digital unggul.
Indonesia, lanjut Nezar, memiliki kekayaan sumber daya alam (SDA) yang sangat strategis untuk industri chip dan komputasi AI global, seperti nikel, boron, hingga mineral penting lainnya. Namun, belum ada desain besar yang mampu menjadikan kekayaan tersebut sebagai bagian dari ekosistem global AI.
Menurut Nezar, ada tiga tantangan utama dalam transformasi digital Indonesia yang harus segera diatasi untuk bisa menjadi negara yang berdaulat digital, yakni kesenjangan infrastruktur digital, ancaman serangan siber dan defisit talenta digital. Bahkan, Indonesia diproyeksikan membutuhkan lebih dari 12 juta talenta digital pada 2030, namun masih kekurangan 2,7 juta. Kesenjangan ini bisa menghambat seluruh proses transformasi.
Oleh karena itu, ia menegaskan bahwa pengembangan talenta digital menjadi hal yang sangat penting untuk menuju kedaulatan digital Indonesia. Ia yakin jika Sumber Daya Manusia-nya berkualitas, maka keterbatasan infrastruktur bisa ditaklukkan untuk membuat inovasi-inovasi dalam kemajuan teknologi digital.
“Sekali lagi talenta digital ini menurut saya proyek nomor satu, infrastruktur itu mungkin bisa terbatas, tapi kalau orangnya kreatif dia bisa taklukan keterbatasan itu. China membuktikan itu dengan keterbatasan, begitu juga India juga dengan talenta-talenta yang baik mereka bisa lebih maju dalam adopsi teknologi digital ini,” tutur Nezar (30/6/2025).
Salah satu jalan pembuka untuk menuju kedaulatan digital adalah Indonesia perlu membuat regulasi AI yang jelas di mana Atlas of AI harus menjadi pedoman dalam pembuatannya. Adapun sekarang pemerintah tengah mempersiapkan peta jalan dan peraturan presiden terkait AI yang rencana diterbitkan September 2025.