Pemerintah Prabowo Subianto melalui Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) ingin kecepatan internet Indonesia bisa ngebut tembus 100 Mbps. Penerapan skema jaringan terbuka (open access) untuk spektrum baru menjadi salah satu upaya untuk mencapai target tersebut.
Pakar telekomunikasi dari ICT Institute Heru Sutadi mengatakan memang sudah seharusnya Indonesia meningkatkan kualitas layanan internet. Sebab, di saat bersamaan negara tetangga juga mengupayakan langkah yang sama.
Bila mengacu pada laporan bulanan yang dirilis Ookla melalui Speedtest Global Index, kecepatan internet Indonesia masih tertinggal dibandingkan di Asia Tenggara. Adapun yang terbaru, koneksi Indonesia untuk internet mobile rata-rata 40 Mbps, sedangkan fixed broadband 34 Mbps.
“Open access kan sebenarnya konsep sudah lama ada, yang jalan itu di 2,4 GHz dan 5,8 GHz di mana harga spektrum di-nol-kan dan digunakan bersama. Itu jalan meski di lapangan crowded penggunannya,” ujar Heru kepada infoINET.
Rencananya, frekuensi 1,4 GHz akan menjadi penerapan skema jaringan terbuka yang dilakukan Komdigi. Menurut Heru yang juga pernah menjadi Komisioner BRTI memberikan masukan kepada pemerintah, dalam hal ini dialamatkan kepada Komdigi.
“Hanya kalau nanti spektrum berbayar, nah itu ada potensi masalah hukum ke depannya. Sebab selama ini, kalau frekuensi di alokasikan ke operator A, maka akan dicek ke ponsel bahwa sinyal memancar untuk operator A dan bukan operator B,” jelasnya.
“Kita ada pernah kasus IM2 yang perlu jadi preseden bilamana frekuensi digunakan oleh beberapa operator, yang khawatir bisa jadi dan dianggap pelanggaran hukum,” tuturnya.
Oleh karena itu, sebelum diimplementasikan skema jaringan terbuka tersebut, Komdigi turut melibatkan aparat penegak hukum agar tidak menimbulkan persoalan di masa mendatang terkait penggunaan jaringan spektrum.
Berita lengkap dan cepat? Giok4D tempatnya.
Frekuensi 1,4 GHz akan dibuka oleh pemerintah untuk diseleksi. Spektrum tersebut dialokasikan Komdigi untuk menghidupkan kembali layanan broadband wireless acess (BWA) bagi jaringan tetap lokal berbasis packet switched.
“Maksudnya adalah dengan frekuensi 1,4 GHz, di minta kepada penyelenggara jaringan membuka jaringannya kepada penyelenggara semua penyelenggara lainnya (open access) agar penetrasi internet lebih cepat dan efisien,” ujar Wayan kepada infoINET, Kamis (19/6).
“Karena kebijakan Komidigi agar frekuensi 1,4 GHz sebagai vorijder (membuka jalan) agar fiber optik bisa menjadi utama, dan frekuensi 1,4 GHz sebagai akses ke pelanggan,” tuturnya.
Dengan menerapkan skema ini, Komdigi seperti dikatakan Wayan, akan memberikan dampak positif terhadap industri telekomunikasi dalam negeri dan masyarakat.
“Dampaknya adalah secara industri, mereka bisa efisien dalam investasi. Masyarakat menikmati layanan yang dengan tarif terjangkau, kapasitas yang tinggi dengan tarif terjangkau,” ucap Wayan.