Siapa sangka kalau limbah kulit pisang bisa menjadi sumber energi alternatif. Ilmuwan sudah berhasil membuat baterai dari limbah kulit pisang.
Dilansir dari Euronews seperti dilihat Selasa (10/6/2025) bahwa pada 2022 silam, tim ilmuwan dari Swiss berhasil menemukan cara untuk menghasilkan energi terbarukan dari kulit pisang.
Kulit pisang kering yang disengat dengan lampu berkekuatan tinggi dapat langsung diubah menjadi sumber energi terbarukan. Hal serupa juga bisa dilakukan pada kulit jeruk, bonggol jagung, biji kopi dan kulit kelapa. Metode ini disebut fototermal yang berbasis cahaya dan panas.
“Kami telah mengubahnya menjadi produk akhir yang bermanfaat dalam waktu singkat menggunakan lampu kilat xenon,” kata Dr Bhawna Nagar, salah satu penulis dari École Polytechnique fédérale de Lausanne (EPFL) di Swiss.
Saat ini, ada dua cara mengubah biomassa secara kimia menggunakan panas yaitu gasifikasi dan pirolisis. Gasifikasi memanaskan material organik hingga mencapai suhu 1.000°C, mengubahnya menjadi syngas yaitu campuran hidrogen, metana, karbon monoksida, dan karbon dioksida, yang digunakan sebagai biofuel. Sisa karbon padat, yang dikenal sebagai biochar atau arang, akan tertinggal.
Sedangkan, pirolisis menguraikan biomassa pada suhu rendah 400 hingga 800°C, dalam wadah tanpa oksigen. Namun, hal ini memerlukan reaktor yang sangat spesifik yang dapat menangani suhu dan tekanan tinggi.
Metode yang lebih sederhana kini tersedia dalam bentuk foto-pirolisis menggunakan lampu xenon. Ini memancarkan cahaya putih terang, seperti yang pernah terlihat di studio fotografer. Satu bidikan senter yang kuat dapat memicu konversi biomassa hanya dalam beberapa miliinfo.
Cara melakukannya untuk kulit pisang, pertama kulit pisang harus dikeringkan pada suhu sekitar 100°C selama 24 jam. Kulit pisang kemudian digiling dan diayak menjadi bubuk halus sebelum ditempatkan dalam reaktor baja tahan karat.
“Setiap kilogram biomassa kering dapat menghasilkan sekitar 100 liter hidrogen dan 330 gram biochar, yang setara dengan 33 persen berat dari massa kulit pisang kering asli,” kata Dr Nagar.
Pemecahan biomassa alami menjadi gas dan arang menjadi solusi cerdas, cepat, dan ramah lingkungan untuk produksi hidrogen. Arang juga berharga karena dapat ditambahkan ke tanah untuk meningkatkan kesehatan tanaman, atau disimpan sebagai strategi penangkapan karbon.
Selanjutnya, para ilmuwan berharap metode mereka dapat ditingkatkan dan diterapkan pada limbah industri seperti ban. Bahkan dapat membuka jalan bagi fotopirolisis surya, memanfaatkan energi matahari agar lebih berkelanjutan.
Riset limbah kulit pisang untuk dijadikan energi, juga dikembangkan oleh berbagai tim ilmuwan di seluruh dunia termasuk di Indonesia. Hasilnya adalah baterai bio dari kulit pisang.
Misalnya saja, tim ilmuwan dari Universitas Negeri Medan pada 2017 mempublikasikan riset di Hasanuddin Student Journal Vol 1 No 2, tentang pembuatan bio baterai berbahan dasar kulit pisang. Selain itu, tim ilmuwan dari Institut Teknologi Telkom Surabaya pada 2022 memakai limbah kulit pisang sebagai pengganti elektrolit pada baterai dan dipublikasikan di kumpulan karya tulis ilmiah nasional 2022.