Di tengah fenomena angka kelahiran yang turun, angka pelihara anjing mengalami kenaikan. Apakah itu pertanda anjing jadi pengganti punya anak? Jawabannya tidak sesimpel itu.
Di Amerika Serikat, Kanada, Australia, dan sebagian besar Eropa, antara sepertiga dan setengah dari semua rumah tangga memiliki setidaknya satu anjing. Karena jumlah ini perlahan meningkat, sebagian besar negara mengalami penurunan fertilitas yang stabil dan diprediksi akan membahayakan ukuran populasi dalam beberapa dekade mendatang.
Sebuah tinjauan teoritis yang baru-baru ini diterbitkan oleh etolog Laura Gillet dan Enikő Kubinyi di Universitas Eötvös Loránd di Hungaria mengeksplorasi alasan budaya yang mendasari tren tersebut, dan apa artinya bagi konsep keluarga di masa depan.
Anjing telah lama menjadi sahabat manusia. Selama ribuan tahun, komunitas manusia dan kelompok anjing liar telah bergabung, membentuk ikatan yang semakin kuat dari generasi ke generasi.
Dikutip dari Science Alert, Jumat (29/5/2025), kini tak sekadar jadi teman saja. Perilaku memelihara anjing juga bergeser menjadi lebih serius, memperlakukannnya layaknya anak sendiri. Bahkan, sudah jadi pemandangan umum membawa anjing dengan stroller di sebagian negara.
Akan tetapi, jumlah yang memperlakukan anjing layaknya anak tidak lah banyak.
“Kami ingin menunjukkan bahwa, bertentangan dengan kepercayaan umum, hanya sebagian kecil pemilik anjing yang benar-benar memperlakukan hewan peliharaan mereka seperti anak manusia,” kata Kubinyi.
“Dalam kebanyakan kasus, pemilik anjing memilih anjing justru karena mereka tidak seperti anak-anak, dan mereka mengakui kebutuhan khusus spesies mereka,” lanjutnya.
Dalam isu sosial dan budaya, memiliki anak menanggung beban serta tanggung jawab yang besar. Sementara komitmen menjaga anjing tidak seintens seperti memiliki anak.
Kendati demikian, tak sedikit pula yang memilih untuk mengasuh anak dan anjing secara bersamaan. Hal ini memperkuat gagasan bahwa manusia mungkin berevolusi untuk merawat orang lain terlepas dari spesiesnya, menurut kesimpulan para peneliti dalam laporan yang sudah dipublikasikan di European Psychologist.