Rekor! Ilmuwan Temukan Karang Terbesar Dunia, Luasnya 2 Lapangan Basket!

Posted on

Di perairan biru hangat Kepulauan Solomon, sebuah gugusan pulau indah di Pasifik Selatan, ilmuwan baru-baru ini dibuat takjub. Mereka menemukan apa yang diklaim sebagai koloni karang individu terbesar di dunia. Dan ukurannya? Fantastis, diperkirakan seluas dua lapangan basket!

Makhluk raksasa ini bukanlah paus bungkuk atau cumi-cumi kolosal yang sering kita bayangkan hidup di kedalaman laut. Ini adalah sepotong karang tunggal yang hidup dan terus tumbuh selama berabad-abad.

Sekelompok peneliti dan pembuat film dokumenter yang sedang menjelajahi kekayaan bawah laut Kepulauan Solomon mengungkapkan penemuan luar biasa ini. Dikutip dari Vox, karang tersebut, yang merupakan organisme komunal yang terdiri dari jutaan hewan kecil bernama polip, memiliki lebar 34 meter dan panjang 32 meter. Saking besarnya, karang ini bahkan dilaporkan dapat terlihat dari luar angkasa!

Yang membuatnya sangat istimewa adalah statusnya sebagai individu tunggal. Terumbu karang pada umumnya terbuat dari banyak koloni karang yang berbeda secara genetik, yang saling tumbuh berdekatan membentuk struktur kompleks. Namun, yang ditemukan kali ini adalah satu kesatuan genetik, satu koloni karang tunggal yang ukurannya mencapai rekor.

Dalam foto-foto terbaru yang dibagikan oleh tim peneliti, karang ini, yang diidentifikasi sebagai spesies Pavona clavus, tampak seperti gundukan besar berwarna cokelat yang ditutupi tonjolan-tonjolan. Jika dilihat lebih dekat, terlihat percikan bintik-bintik kuning, hijau, dan ungu yang menambah keindahannya. Mengingat ukurannya yang masif dan laju pertumbuhan karang yang sangat lambat, individu ini kemungkinan besar telah berusia beberapa abad.

“Melihat sesuatu yang unik seperti ini adalah mimpi. Saat Napoleon masih hidup, benda ini ada di sini,” ujar Manu San Félix, fotografer bawah laut dan ahli biologi kelautan yang pertama kali melihat karang raksasa ini bulan lalu di perairan Solomon.

San Félix menemukan karang tersebut secara tidak sengaja saat sedang melakukan pengambilan gambar di dekat sebuah pulau bernama Malaulalo. Ekspedisi ini merupakan bagian dari proyek Pristine Seas milik National Geographic, yang berkolaborasi dengan pemerintah Kepulauan Solomon untuk mendokumentasikan kehidupan laut dan membantu negara-negara membangun lebih banyak taman laut.

Menurut Dennis Marita, anggota Suku Po’onapaina di Ulawa yang mengawasi wilayah laut Malaulalo, pulau tersebut sebagian besar tidak berpenghuni dan perairannya belum banyak dieksplorasi. “Ini merupakan sesuatu yang besar bagi komunitas kami,” kata Marita, yang juga menjabat sebagai direktur kebudayaan di Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Kepulauan Solomon.

Hingga saat ini, belum ada karang lain dalam catatan publik yang ukurannya melebihi penemuan ini. Pemegang rekor sebelumnya untuk koloni karang terbesar di dunia adalah sebuah koloni di Samoa Amerika yang lebarnya sekitar 22 meter. Meski begitu, ada kemungkinan koloni yang lebih besar masih tersembunyi di daerah terpencil lautan yang belum terjamah.

“Banyak terumbu karang di dunia yang terpencil dan belum dieksplorasi dengan baik,” kata Stacy Jupiter, direktur eksekutif konservasi laut di Wildlife Conservation Society, yang tidak terlibat dalam ekspedisi ini. “Manusia baru menjelajahi sekitar 5% wilayah laut di planet ini. Jadi, tidak mengherankan sama sekali bahwa kita terus menemukan hal-hal baru, bahkan makhluk-makhluk besar,” tambahnya.

Penemuan karang raksasa ini menimbulkan secercah harapan. Pasalnya, penemuan ini datang di saat terumbu karang di seluruh dunia menghadapi ancaman serius dan banyak yang menghilang. Perubahan iklim menyebabkan lautan menghangat, dan air laut yang terlalu hangat adalah pembunuh mematikan bagi karang.

Karang mendapatkan warna-warni dan sebagian besar makanannya dari alga simbiotik yang hidup di dalam jaringan polip mereka. Ketika air laut menjadi terlalu panas, alga tersebut tertekan dan menghilang, menyebabkan karang kehilangan warnanya dan berubah menjadi putih, sebuah fenomena yang dikenal sebagai ‘pemutihan karang’. Karang yang memutih pada dasarnya sedang sekarat kelaparan.

Saat ini, terumbu karang di seluruh dunia sedang menghadapi krisis pemutihan terparah yang pernah tercatat. Menurut National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), tiga perempat terumbu karang di dunia telah mengalami panas laut yang cukup tinggi hingga memicu pemutihan sejak awal tahun 2023.

Di tengah tantangan global ini, penemuan karang tunggal terbesar di dunia di perairan yang relatif belum terjamah di Kepulauan Solomon menjadi pengingat akan keajaiban yang masih tersembunyi di lautan kita dan pentingnya upaya konservasi untuk melindungi ekosistem yang rapuh ini.

Sebuah Harapan di Tengah Krisis


Penemuan karang raksasa ini menimbulkan secercah harapan. Pasalnya, penemuan ini datang di saat terumbu karang di seluruh dunia menghadapi ancaman serius dan banyak yang menghilang. Perubahan iklim menyebabkan lautan menghangat, dan air laut yang terlalu hangat adalah pembunuh mematikan bagi karang.

Karang mendapatkan warna-warni dan sebagian besar makanannya dari alga simbiotik yang hidup di dalam jaringan polip mereka. Ketika air laut menjadi terlalu panas, alga tersebut tertekan dan menghilang, menyebabkan karang kehilangan warnanya dan berubah menjadi putih, sebuah fenomena yang dikenal sebagai ‘pemutihan karang’. Karang yang memutih pada dasarnya sedang sekarat kelaparan.

Saat ini, terumbu karang di seluruh dunia sedang menghadapi krisis pemutihan terparah yang pernah tercatat. Menurut National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), tiga perempat terumbu karang di dunia telah mengalami panas laut yang cukup tinggi hingga memicu pemutihan sejak awal tahun 2023.

Di tengah tantangan global ini, penemuan karang tunggal terbesar di dunia di perairan yang relatif belum terjamah di Kepulauan Solomon menjadi pengingat akan keajaiban yang masih tersembunyi di lautan kita dan pentingnya upaya konservasi untuk melindungi ekosistem yang rapuh ini.

Sebuah Harapan di Tengah Krisis