Operator seluler terbesar di Korea Selatan, SK Telecom, memutuskan untuk mengganti kartu SIM untuk 23 juta pelanggannya pada Senin (28/4). Langkah ini dilakukan setelah terjadi kebocoran data yang serius di perusahaan mereka.
Alih-alih mengungkap tingkat kerusakan atau pelakunya secara menyeluruh, SK Telecom meminta maaf dan menawarkan penggantian chip Universal Subscriber Identity Module (USIM) gratis di 2.600 gerainya yang tersebar di seluruh Korsel. Mereka mendesak pengguna segera mengganti chip mereka atau mendaftar di layanan perlindungan informasi.
Mengutip The Korea Herald, kebocoran tersebut, yang disebabkan oleh kode berbahaya, membahayakan informasi pribadi dan mendorong peninjauan intensif yang dipimpin langsung pemerintah terhadap sistem perlindungan data Korea Selatan.
Namun, SK Telecom baru mengamankan kurang dari lima persen chip USIM yang dibutuhkan dan berencana menambah sekitar lima juta pada akhir Mei. Mereka mengakui stok yang dimiliki tidak cukup untuk penggantian segera.
Para pelanggan operator ini pun frustrasi. Salah satunya adalah Jang, pelanggan berusia 30 tahun yang mengantre di salah satu gerai di Seoul. Jang mengkritik SK Telecom karena gagal bersikap transparan tentang jumlah data yang bocor dan jumlah pengguna yang terkena dampak.
Sejauh ini, SK Telecom tidak memberikan jawaban yang jelas, namun memilih berfokus untuk mendorong pengguna melakukan penggantian kartu atau melakukan tindakan perlindungan.
Korea Selatan, yang sering dianggap sebagai salah satu negara paling terkoneksi secara global, menghadapi serangan cyber berulang kali dan banyak yang dikaitkan dengan Korea Utara.
Tahun lalu, polisi mengonfirmasi bahwa peretas Korea Utara telah mencuri lebih dari satu gigabyte data keuangan sensitif dari sistem pengadilan Korea Selatan selama kurun waktu dua tahun.