Desainer kenamaan Didiet Maulana berbagi pengalamannya hijrah dari sketsa tradisional di buku ke iPad untuk mendukung proses kreatifnya. Dia menceritakan bagaimana teknologi, khususnya ekosistem Apple, telah mengubah cara kerjanya dan membantu mengembangkan bisnisnya.
Didiet mengaku awalnya merasa sketsa tangan terasa lebih orisinal. Namun, alumni S1 Arsitektur Universitas Katolik Parahyangan ini menyadari bahwa untuk maju, ia harus mengadopsi teknologi.
“Di awal itu memang merasakan bahwa kayaknya lebih original kalau pakai sketsa deh. Mau nggak mau, kalau misalnya mau maju, kita memang harus belajar lagi dan mengendari teknologi yang ada,” ujarnya.
Menurutnya teknologi tidak menghilangkan esensi kreativitas. Justru memungkinkan fleksibilitas. Dicontohkan saat melakukan perubahan instan sesuai permintaan klien tanpa merusak sketsa awal.
“Ketika klien bilang, ‘Aduh, aku agak nggak suka nih sama warnanya,’ aku bisa melakukan immediate changing menggunakan iPad,” ungkapnya.
Meski timnya sering memulai desain dari nol secara digital, Didiet tetap mempertahankan sentuhan personal.
“Aku biasanya sketsa dulu, dari sketsa aku scan. Jadi tetap mengandung garis-garis tanganku,” jelasnya. Setelah itu, ia mengolah motif kain atau desain baju secara digital menggunakan iPad.
Beralih ke iPad membawa banyak keunggulan, terutama dalam hal kecepatan. “Jadi lebih cepat karena asisten desainer semuanya menggunakan iPad. Jadinya kita bisa bicara dengan bahasa yang sama,” kata Didiet.
Proses revisi desain menjadi lebih efisien, memungkinkan timnya bekerja lebih cepat. Ekosistem Apple, termasuk iPad, Mac, dan iCloud, juga mempermudah kolaborasi lintas departemen.
“Kami bekerja lintas departemen. Ada tim desain, tim digital, tim media sosial, tim produksi. Yang membuat kami tetap terhubung adalah ekosistem Apple,” ujarnya.
Desain dibagikan melalui iCloud, tugas dikoordinasikan lewat catatan dan pengingat, serta FaceTime digunakan untuk umpan balik instan. Didiet menegaskan bahwa teknologi ini membuat alur kerja lebih mulus.
“Dari sketsa tangan hingga visualisasi iPad, dari ide di kepala saya ke Mood Board di Mac, teknologi Apple membantu saya bergerak mulus dari teknologi berat ke teknologi tinggi,” katanya. Teknologi ini, menurutnya, mudah diakses, relevan, dan dapat diskalakan.
Ekosistem Apple tidak hanya meningkatkan kreativitas, tetapi juga membantu Didiet mengembangkan bisnisnya.
Pria berkacamata ini berpendapat teknologi Apple memecahkan masalah manajemen waktu, yang sering menjadi kendala dalam mengembangkan bisnis. “
Dengan data yang lebih gampang di-share, reminder-reminder, dan segala macam hal yang memudahkan, waktu kita menjadi lebih efisien,” katanya.
Efisiensi ini memungkinkan timnya fokus pada kreativitas, bukan pada proses teknis seperti memindahkan data.
“Apa yang Apple berikan kepada saya bukan hanya produktivitas. Ia memberi saya kemungkinan,” tegas Didiet.
Teknologi ini memungkinkan idenya diwujudkan dan dibagikan kepada pelaku usaha kecil di seluruh Indonesia, menjaga visinya tetap jelas dan terarah.
Ke depannya, Didiet berharap Apple mengembangkan ekosistem khusus untuk pelaku usaha kecil dan menengah.
“Mungkin ke depannya ada Apple ekosistem user untuk small medium enterprises, dimana kita bisa saling terhubung dan berbagi ilmu di dalam satu komunitas yang solid,” ujarnya. Ia percaya komunitas seperti ini akan semakin memberdayakan pelaku kreatif di Indonesia.
Saat ini lewat platform besutannya bernama JadiGiniBelajarBersama, Didiet telah membantu lebih dari 5.000 pengusaha di Indonesia membangun merek mereka.
“Kami membuat modul sederhana dan praktis, cara membangun merek, cara melakukan pemasaran sederhana, dan kami menjangkau seluruh Indonesia,” pungkasnya.
Dari Sketsa ke Digital
Kecepatan dan Kolaborasi
Bagaimana iPad mendukung bisnis Didiet Maulana
Efisiensi dan Skalabilitas Bisnis
Ekosistem Apple tidak hanya meningkatkan kreativitas, tetapi juga membantu Didiet mengembangkan bisnisnya.
Pria berkacamata ini berpendapat teknologi Apple memecahkan masalah manajemen waktu, yang sering menjadi kendala dalam mengembangkan bisnis. “
Dengan data yang lebih gampang di-share, reminder-reminder, dan segala macam hal yang memudahkan, waktu kita menjadi lebih efisien,” katanya.
Efisiensi ini memungkinkan timnya fokus pada kreativitas, bukan pada proses teknis seperti memindahkan data.
“Apa yang Apple berikan kepada saya bukan hanya produktivitas. Ia memberi saya kemungkinan,” tegas Didiet.
Teknologi ini memungkinkan idenya diwujudkan dan dibagikan kepada pelaku usaha kecil di seluruh Indonesia, menjaga visinya tetap jelas dan terarah.
Ke depannya, Didiet berharap Apple mengembangkan ekosistem khusus untuk pelaku usaha kecil dan menengah.
“Mungkin ke depannya ada Apple ekosistem user untuk small medium enterprises, dimana kita bisa saling terhubung dan berbagi ilmu di dalam satu komunitas yang solid,” ujarnya. Ia percaya komunitas seperti ini akan semakin memberdayakan pelaku kreatif di Indonesia.
Saat ini lewat platform besutannya bernama JadiGiniBelajarBersama, Didiet telah membantu lebih dari 5.000 pengusaha di Indonesia membangun merek mereka.
“Kami membuat modul sederhana dan praktis, cara membangun merek, cara melakukan pemasaran sederhana, dan kami menjangkau seluruh Indonesia,” pungkasnya.