China akan mengizinkan ilmuwan dari enam negara, termasuk Amerika Serikat, untuk meneliti harta karun berupa batuan langka yang diambil dari Bulan. Kerjasama ilmiah ini cukup mengejutkan mengingat China dan AS sedang terlibat dalam perang dagang.
Dua institusi asal AS, Brown University dan Stony Brook University, sudah diberikan izin untuk meneliti sampel batu bulan yang dikumpulkan oleh misi Chang’e-5 pada tahun 2020. Selain dari AS, institusi lain dari Prancis, Jerman, Jepang, Pakistan, dan Inggris juga berkesempatan meneliti sampel ini.
Institusi dari enam negara ini dipilih setelah Administrasi Luar Angkasa China (CNSA) membuka pendaftaran untuk mempelajari sampel misi Chang’e-5 pada tahun 2023. Kepala CNSA Shan Zhongde mengatakan sampel itu merupakan harta karun bersama untuk seluruh umat manusia.
Ia menambahkan CNSA akan mempertahankan sikap yang aktif dan terbuka dalam pertukaran dan kerjasama internasional, termasuk dalam koridor informasi luar angkasa di bawah Belt and Road Initiative.
“Saya yakin lingkaran pertemanan China di luar angkasa akan terus berkembang,” kata Shan, seperti dikutip dari BBC, Minggu (27/4/2025).
Peneliti dari China selama ini tidak bisa mengakses sampel batu Bulan yang dikumpulkan oleh NASA karena pemerintah AS melarang kerjasama antara badan antariksa tersebut dengan China.
Berdasarkan undang-undang tahun 2011, NASA dilarang berkolaborasi dengan China atau perusahaan milik China kecuali sudah mendapatkan izin khusus dari Kongres. Tapi menurut John Logsdon, mantan direktur Space Policy Institute di George Washington University, kerjasama terbaru ini tidak ada hubungannya dengan politik.
“Ini adalah kerjasama internasional di bidang sains, yang sudah menjadi norma,” kata Logsdon.
Logsdon mengatakan sampel yang dikumpulkan oleh misi Chang’e-5 memiliki keistimewaan dibandingkan sampel yang dikumpulkan misi Apollo karena usianya miliaran tahun lebih muda.
“Jadi ini menunjukkan bahwa aktivitas vulkanik terjadi di Bulan lebih baru dari yang diperkirakan orang-orang,” jelas Lodgson.