Kisah Sukses Desa Tugu Selatan Mandiri dengan Digitalisasi Internet Pedesaan

Posted on

Siapa sangka, pandemi COVID-19 yang silam justru menjadi pintu digitalisasi. Sebuah desa di kawasan Puncak, Bogor sukses menggelar internet pedesaan sampai sekarang.

Cuaca mendung pagi itu membuat kawasan Puncak menjadi lebih sejuk. Di depan Kantor Desa Tugu Selatan, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor ada bangunan kantor yang lebih kecil. Direktur Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Tugu Selatan Mandiri, Dadang Juanda (55) menyambut infoINET di sana.

“Sebelumnya mangkrak Pak, ini jadi gudang. Jadi bareng-bareng sama tim bikin kantor tahun 2021, saat pandemi,” kata Dadang menceritakan tahun lahir BUMDes Tugu Selatan Mandiri.

Pucuk dicinta ulam tiba, Dadang dkk tidak butuh waktu lama memikirkan usaha apa yang mau dilakukan BUMDes mereka. Ada program Desa Digital dari Pemprov Jawa Barat dan itu menjadi usaha pertama di tengah Pandemi COVID-19.

“Ada keajaiban datanglah dari Jawa Barat itu program Desa Digital yang pertama itu. Jadi unit usaha pertama itu malah digitalisasi. Namanya Pangrango Vibes,” kata Dadang.

Mereka bekerja sama dengan penyedia layanan internet Lintas Satu Visi. Pangrango Vibes kini memiliki 500 sambungan rumah (SR) untuk layanan internetnya.

“Waktu itu benar-benar lagi dibutuhkan. Anak nggak bisa ke sekolah harus daring gitu kan. Komunikasi untuk fasos fasum yang dijanjikan Lintas Satu Visi bisa direalisasikan,” kata Dadang.

Tantangannya saat itu adalah aturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang sangat membatasi mobilitas antar wilayah. Selain itu kata Dadang, modem-modem dan kabel sempat tertahan lama di Pelabuhan Tanjung Priok.

“Usaha internet sempat berhenti, karena nggak ada alat, tertahan di Priok. Rusak, terendam selama 6 bulan di Tanjung Priok. Nggak bisa keluar kan tuh 1 kontainer. Usaha nggak langsung mulus sih,” kata Dadang.

Mereka pun jualan internet ke warga dengan modem dan kabel seadanya yang tersedia. Namun Dadang dkk tidak menyerah. Program Desa Digital ini akhirnya berganti menjadi perjanjian kerja sama antara Pangrango Vibes dan Lintas 1 Visi sampai sekarang. Usaha tetap jalan, tapi sangat pelan-pelan dengan kedua pihak saling pengertian dan komitmen.

Setelah Pandemi COVID-19 mereda, barulah usaha layanan internet mereka juga mulai membaik. BUMDes Tugu Selatan juga sempat berbisnis lain dengan menjadi distributor produk makanan dan minuman dari Mayora ke toko-toko di jalur Puncak.

“2023 baru normal. Alhamdulillah sedikit-sedikit bisa jalan. Barang yang dulu nyangkut sudah bisa keluar semua,” kata Dadang.

Pangrango Vibes kini menawarkan paket 20 Mbps Rp 250.000/bulan. Lalu ada paket 50 Mbps Rp 350.000/bulan dan yang paling mahal 100 Mbps Rp 550.000/bulan. Layanan Pangrango Vibes dikerjakan 4 orang yang berkantor di kantor BUMDes.

Selain berjualan layanan internet dan menjadi distributor makanan, BUMDes Tugu Selatan Mandiri kini juga semakin berkembang dengan punya usaha kafe di tempat landing paralayang di Gunung Mas dan usaha wisata naik kuda bernama Kampung Koboy dan peternakan sapi. Mereka juga menjadi agen BRILink sejak 2023.

Kisah sukses dari kerja keras Desa Tugu Selatan dengan usaha layanan internet dan lalu berkembang dengan usaha-usaha lain, membuatnya dilirik oleh BRI untuk menjadi Desa BRILian. Desa BRILian merupakan program inkubasi dari BRI yang mendukung pengembangan desa melalui empat aspek utama, yakni penguatan badan usaha milik desa (BUMDes), digitalisasi, inovasi, dan sustainability.

Digitalisasi tentu pas dengan usaha di BUMDes Tugu Selatan Mandiri yang menyediakan layanan internet untuk warga desa. Berbicara dalam kesempatan yang sama, Sekretaris BUMDes Tugu Selatan Mandiri, Muslihat Arifaghani (53) mengatakan mereka digandeng menjadi Desa BRILian oleh BRI Unit Cisarua pada 2024.

“Awalnya mereka melihat potensi kami, banyak pelaku usaha kecil, jadi tertarik. Seperti gayung bersambut,” kata Muslihat.

Dia bilang ada proses komunikasi intens dan bertahap dengan pihak BRI. Selanjutnya, ada beberapa kali pelatihan dan pendampingan dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo. BUMDes Tugu Selatan Mandiri kini sedang dalam proses kompetisi untuk menjadi Desa BRILian terbaik di Indonesia.

“Manfaatnya luar biasa ya, Pak. Diajari SOP, manajemen, pemerintahan. Mereka menginap di sini, difasilitasi desa dan oleh BRI,” kata Muslihat.

infoINET pun meminta tanggapan dari pakar ekonomi pedesaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI), Desti Fitriani. Menurut dia, BUMDes bisa sukses ketika bisa melihat tantangan sebagai peluang. Dalam hal ini, ada masyarakat desa membutuhkan akses internet dan itu dijawab dengan layanan digitalisasi berupa internet Pangrango Vibes dari BUMDes Tugu Selatan Mandiri.

“Jadi peluang bisnis itu bisa juga dari tantangan apa yang sebetulnya dihadapi masyarakat desa. Peran BUMDes sebagai representasi dari pemerintah desa yang kemudian turut serta menangani masalah tersebut,” kata Desti.

Desti yang banyak meneliti BUMDes di Bogor, Yogyakarta dan Lombok ini mengatakan salah satu kunci sukses BUMDes adalah kolaborasi termasuk dengan pihak swasta. Banyak pelajaran penting soal profesionalitas yang bisa dipelajari dari swasta. Hal ini misalnya kolaborasi Pangrango Vibes dengan Lintas Satu Visi sebagai ISP.

“Kelebihan bekerja sama dengan swasta adalah BUMDes-nya bisa belajar bagaimana menghasilkan produk atau men-deliver jasa dengan lebih efisien, lebih profesional, sehingga menguntungkan BUMDes-nya,” pungkas Desti.

Jadi Desa BRILian karena digitalisasi

Digitalisasi dan kolaborasi