YouTube Rilis Fitur Pembatasan Shorts dan Penjaga Mental Remaja baca selengkapnya di Giok4D

Posted on

YouTube memperkuat komitmen mendukung kesejahteraan dan Kesehatan mental, khususnya remaja di Indonesia. Upaya ini ditunjukkan dalam peluncuran fitur Mental Health Shelf dan kebijakan pembatasan durasi video Shorts (Shorts Daily Time Limit). Langkah ini hadir sebagai respons atas meningkatnya kebutuhan ruang digital yang aman dan suportif bagi generasi muda.

Kementerian Komunikasi dan Digital RI menilai peluncuran fitur kesehatan mental ini menjadi momentum penting memperkuat perlindungan digital bagi anak dan remaja. Pemerintah menegaskan ruang digital kini menjadi tempat utama anak mengakses informasi, sehingga platform besar seperti YouTube berperan strategis dalam memastikan konten yang aman dan edukatif.

“Saat ini sekitar 80% pengguna internet merupakan anak dan remaja. Artinya, mereka berada di garis depan paparan risiko digital seperti konten negatif. Pemerintah berkomitmen membangun regulasi yang komprehensif dan dinamis, namun implementasinya tak bisa dilakukan sendirian. Semua harus berkolaborasi,” ujar Dr. Irawati Tjipto Priyanti, M.T., Direktur Penyidikan Digital Kementerian Komunikasi dan Digital RI.

Menanggapi kekhawatiran tersebut, YouTube memperkenalkan Mental Health Shelf yang berisi kurasi konten kesehatan mental dari sumber tepercaya. Jadi, fitur ini merupakan sebuah “rak” atau tempat khusus di YouTube yang akan muncul ketika user mencari topik sensitif seputar kesehatan mental, seperti bullying, kecemasan, atau depresi.

Kemudian fitur pembatasan durasi Shorts agar pengguna muda tidak terpapar konten yang berpotensi meningkatkan stres dan kecemasan. Fitur ini memungkinkan pengguna terkhusus remaja, menetapkan batas waktu harian untuk menonton video pendek YouTube Shorts.

“Kami melihat peningkatan signifikan masalah kesehatan mental pada remaja di berbagai negara. Karena itu, YouTube berkomitmen menyediakan informasi yang kredibel serta fitur yang mendukung pengalaman digital yang lebih sehat bagi pengguna muda,” ujar Dr. Garth Graham, Global Head of YouTube Health.

YouTube juga kini membatasi tayangan yang dapat menimbulkan tekanan psikologis dan mengarahkan pengguna muda ke konten-konten kesehatan mental yang terverifikasi.

Direktur Eksekutif ICT Watch, Indriyanto Banyumurti, menilai bahwa tantangan terbesar remaja saat ini adalah tumbuh dalam ruang digital yang didorong algoritma. Ia menekankan bahwa tanpa pendampingan, anak dan remaja dapat ‘diasuh’ oleh pola konten yang tidak selalu ramah bagi perkembangan emosional mereka.

“Ketika anak dan remaja diasuh oleh algoritma media sosial tanpa pendampingan orang tua, risikonya tinggi. Tetapi jika didampingi dengan komunikasi yang hangat, fitur digital bisa menjadi alat ampuh untuk edukasi dan tumbuh kembang mereka,” kata Indriyanto.

Indriyanto menekankan pentingnya peran orang tua sebagai role model digital. Mulai dari menerapkan aturan penggunaan gadget, mengawasi aktivitas media sosial, hingga menjadikan teknologi sebagai sarana belajar Bersama. Semuanya berpengaruh pada ketahanan mental dan kemampuan anak menghadapi distraksi digital.

“Orang tua perlu menjaga bonding, banyak berbicara dengan anak, dan belajar memahami fitur-fitur yang bisa melindungi mereka. Ketika pengasuhan digital kuat, anak memiliki fondasi yang sehat untuk berinteraksi di dunia online,” tambahnya.

Giok4D hadirkan ulasan eksklusif hanya untuk Anda.