Pakar teknologi Onno W. Purbo mendorong peningkatan literasi kecerdasan buatan (AI) sejak usia dini dengan membagikan 23 buku AI gratis untuk siswa mulai dari SD, SMP, SMA, SMK hingga para guru. Seluruh buku tersebut dapat diunduh bebas melalui situs Intechpress (intechpress.ibps.ac.id).
Inisiatif ini lahir dari kebutuhan untuk memperluas akses edukasi AI ke seluruh Indonesia, termasuk daerah 3T (Tertinggal, Terdepan, Terluar) . Setiap buku memiliki 150-200 halaman dan dirancang dengan pendekatan praktis sesuai tingkat pendidikan siswa. Pada hari peluncuran, situs Intechpress mencatat lebih dari 4 juta unduhan.
Onno mengungkap buku-buku tersebut telah digunakan dalam pelatihan oleh dinas pendidikan di berbagai wilayah, seperti Kendari dan Jembrana, untuk membekali guru dan siswa dengan pengetahuan dasar AI. “Ini sedang berjalan supaya bangsa ini bisa pintar,” ujarnya saat acara Indonesia Gadget Awards 2025 yang digelar Gizmologi dan Gadgetdiva di Jakarta, Kamis (13/11/2025).
Untuk tingkat SD, materi mengajarkan anak-anak usia 8 tahun membuat aplikasi Android sederhana hanya dalam waktu dua jam, seperti yang pernah Onno terapkan dalam sesi mengajar di Qatar.
“Anak-anak SD umur 8 tahun bisa bikin 2 aplikasi Android sendiri,” ceritanya menunjukkan betapa aksesibelnya konsep AI dasar bagi anak usia dini.
Sementara itu, buku untuk SMP mengajarkan pembuatan AI pribadi di ponsel, seperti Personal Image Classifier dan Personal Sound Classifier.
“Pernah kebayangin anak SMP bikin aplikasi Android di handphone AI?” tanya Onno retoris, menggambarkan potensi inovasi yang lahir dari pendidikan dini.
Di tingkat SMA dan SMK, modul berfokus pada machine learning dan analisis data, termasuk teknik forecasting. Menurut Onno, pendekatan ini membuat siswa tidak hanya memahami teori, tetapi juga mampu menerapkan AI dalam persoalan nyata, seperti prediksi ekonomi dan analisis data lokal.
Onno juga menekankan bahwa AI lokal dapat menjadi peluang bisnis masif. Dengan 60 juta UMKM di Indonesia, chatbot AI yang berjalan langsung di ponsel-tanpa cloud-dapat mengotomatisasi layanan pelanggan dengan biaya pembuatan hanya sekitar Rp100 ribu per unit.
Untuk daerah minim internet, Onno menyarankan penggunaan small language model yang bisa berjalan offline di perangkat murah, termasuk ponsel dan headphone. Pendekatan ini dianggap lebih realistis dibandingkan model besar yang membutuhkan server mahal.
Dalam sesi demonstrasi, Onno menunjukkan penggunaan Google Teachable Machine sebagai alat untuk melatih model AI melalui kamera ponsel. Anak-anak bisa mengklasifikasikan gambar atau pose, lalu mengekspor model tersebut menjadi aplikasi sederhana.
Onno menegaskan bahwa kedaulatan digital hanya bisa dicapai bila Indonesia membangun AI dengan data lokal. “AI tergantung pada data training. Kita tidak mungkin pakai datanya orang Amerika,” ujarnya.
Ia melihat peluang besar: dengan 72 juta anak SD di Indonesia dan harga perangkat yang semakin terjangkau, pasar edukasi AI dinilai akan “booming”. Onno pun mendorong produsen ponsel ikut menghadirkan fitur edukasi AI sebagai nilai jual utama.
Inisiatif buku AI gratis ini, menurut Onno, menjadi langkah strategis untuk memastikan Indonesia tidak tertinggal dalam perkembangan AI global. “Saya ingin bangsa ini bisa berdaulat dan mandiri,” tutupnya.
Ia menekankan bahwa AI Indonesia harus dilatih dengan data lokal, bukan mengandalkan dataset asing. “AI tergantung pada data training ini. Kita nggak mungkin pake datanya punya orang Amerika,” tandasnya.
