Lelang frekuensi 1,4 GHz telah digelar Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) yang diperuntukkan layanan jaringan akses nirkabel pita lebar (fixed broadband). Operator seluler pun menanti lelang frekuensi berikutnya.
Asosiasi Penyelenggara Telekomunikasi Seluruh Indonesia (ATSI) menunggu lelang frekuensi 700 MHz dan 26 GHz. Kedua spektrum tersebut akan dialokasi pemerintah untuk penyelenggara jaringan bergerak seluler.
“Prinsipnya mendukung langkah Komdigi untuk lelang frekuensi 700 MHz dan 2,6 GHz,” ujar Direktur Eksekutif ATSI Marwan O. Baasir kepada infoINET.
Sebelumnya, Komdigi telah melakukan konsultasi publik terkait penggunaan frekuensi 700 MHz dan 26 GHz sejak 2023. Namun hingga saat ini belum tanda-tanda akan menggelar lelang kedua spektrum tersebut.
Dari sisi ekosistem, frekuensi 700 MHz dan 26 Ghz sudah matang. Frekuensi 700 MHz cocok untuk cakupan luas dan daerah pedesaan, sementara 26 GHz cocok untuk kecepatan sangat tinggi seperti untuk layanan 5G.
Adapun, Komdigi sudah melalui tahapan konsultasi publik juga untuk penggunaan frekuensi 2,6 GHz. Pita mid-band yang memiliki keunggulan kapasitas dengan bandwidth yang tersedia sebanyak 190 MHz. Selain itu juga, frekuensi 2,6 GHz dengan moda Time Division Duplex (TDD) memiliki ekosistem perangkat 4G dan 5G terbanyak ke-2 secara global.
Komdigi mengatakan saat itu, frekuensi ini diharapkan dampak dari penggunaan pita frekuensi radio 2,6 GHz untuk 4G/5G dapat menghadirkan konektivitas broadband yang lebih berkualitas.
Kendati belum ada pengumuman terkait lelang frekuensi untuk seluler, ATSI berharap bahwa harga dasar spektrum ini tidak mahal. Hal ini dikarenakan industri seluler yang berdarah-darah karena beban biaya regulasi masih terlampau tinggi sehingga membebani pelaku usaha telekomunikasi dalam menggelar layanan telekomunikasi.
“Semoga harganya affordable atau terjangkau bagi anggota ATSI,” ucap Marwan.
