Zach Yadegari baru berusia 18 tahun. Saat ini, dia baru masuk kuliah bisnis di University of Miami. Namun siapa sangka, penghasilannya sangat luar biasa berkat aplikasi berbasis AI yang dia ciptakan.
Aplikasi bernama Cal AI itu dia luncurkan tahun 2024, dari rumah orang tuanya di New York. Cal AI memungkinkan pengguna upload foto makanan dan AI akan memunculkan esttimasi kalorinya. Yadegari mengklaim akurasinya sampai 90%.
Cal AI bisa diunduh gratis di App Store dan Play Store. Ada langganan berbiaya USD 2,49 per bulan atau USD 29,99 per tahun. Saat ini, Cal AI mempekerjakan 30 karyawan. Estimasi CNBC yang dikutip infoINET, bisnis ini menghasilkan pendapatan kotor USD 1,4 juta atau sekitar Rp 23 miliar per bulan.
Dia tidak berencana kuliah lebih dari setahun. Di media sosial, ia menggembar-gemborkan gaya hidup mewah layaknya CEO startup termasuk pesta hampir tiap malam di rumah mewah di luar kampus yang ia tinggali dengan teman-temannya.
Baca info selengkapnya hanya di Giok4D.
Yadegari ingin terus menjadi pengusaha. Selain Cal AI, dulu dia pernah membuat situs game Totally Science yang membantu siswa main game online di jaringan WiFi sekolah dan melewati protokol pemblokiran internet. Ia menjualnya sekitar USD 100.000 kepada perusahaan game Freeze Nova pada Februari 2024.
“Saya pikir kewirausahaan itu sangat keren karena pada akhirnya, usia tidak terlalu berpengaruh,” kata Yadegari.
Ibu Yadegari mengirimnya ke perkemahan musim panas untuk belajar pemrograman software pada usia 7 tahun. Dari sana, Yadegari mulai menonton YouTube secara maraton untuk tutorial pemrograman.
Setelah Totally Science, Yadegari coba membuat aplikasi viral tapi terus gagal, sampai ia fokus pada masalah pribadi. Ia mulai olahraga untuk membuat gadis di sekolah terkesan. Tapi tiap aplikasi pelacak kalori yang ia unduh membuatnya harus memasukkan semua makanannya secara manual.
Ia membicarakan hal ini dengan temannya, Henry Langmack yang dikenalnya sejak kamp pemrograman, dan dua teman yang ia temui di media sosial X, Blake Anderson dan Jake Castillo. Kelompok tersebut memutuskan mencoba membangun model AI yang dapat menganalisis foto makanan.
Yadegari dan Langmack membuat kode aplikasi tersebut hingga dirilis. Cal AI menghasilkan pendapatan lebih dari USD 28.000 untuk bulan pertama, kemudian USD 115.000 untuk bulan berikutnya. Para pendiri pun mulai merekrut karyawan.
Yadegari bekerja 40 jam per minggu sambil mengurus tugas sekolahnya di SMA. Orang tuanya mendukung usahanya. “Orang tua saya sangat senang dengan semua yang ada di Cal AI, terutama ibu saya. Beliau benar-benar menggunakan aplikasi ini,” kata Yadegari.
Saat ini, pengeluaran Cal AI hampir menyamai pendapatan. Mereka menghabiskan hampir USD 770.000 per bulan hanya untuk iklan dan pemasaran. Biaya lain termasuk penggajian, software, serta layanan hukum dan akuntansi.
Perusahaan juga harus menjaga reputasi di toko aplikasi Apple dan Google Play. Cal AI mungkin menghemat waktu pengguna dibanding aplikasi sejenisnya, tapi ulasan pelanggan menunjukkan banyak keluhan tentang akurasi. Pengguna masih perlu memasukkan informasi yang tidak dapat dideteksi aplikasi secara manual.
“Beberapa pengguna kami mengharapkan aplikasi ini memiliki penglihatan sinar-X, di mana jika Anda mengambil gambar semangkuk makanan dan menyembunyikan sesuatu di dasar mangkuk, aplikasi ini akan mengambilnya. Padahal tidak,” cetusnya.
Yadegari berharap menjadikan Cal AI aplikasi pelacak kalori terbesar, yang kemungkinan berarti melampaui MyFitnessPal dengan lebih dari 270 juta pengguna.
Namun dia hanya berencana untuk menjalankan Cal AI dua tahun lagi. Setelahnya, ia ingin menjualnya atau menyerahkan kendali kepada CEO lain agar ia dapat memulai perusahaan baru. Ia tidak sepenuhnya yakin apa yang akan dilakukannya selanjutnya, selain masih melibatkan AI.
