Kecerdasan buatan kini memasuki fase baru, yakni Agentic AI, sistem AI yang mampu bertindak dan mengambil keputusan secara mandiri tanpa menunggu instruksi manusia.
Inovasi teknologi tersebut dinilai akan mengubah cara perusahaan beroperasi, mulai dari pengambilan keputusan hingga pengalaman pelanggan. Menurut Rully Moulany, Area Vice President Asia & ANZ di Confluent, Agentic AI membawa lompatan besar dari AI tradisional yang hanya menganalisis dan memberi rekomendasi.
“Agentic AI mampu mengamati konteks, menilai situasi, dan langsung bertindak berdasarkan data real-time. Ini bukan sekadar automasi, tapi bentuk kecerdasan yang benar-benar otonom,” jelasnya kepada infoINET.
Namun, kemampuan ini hanya bisa optimal bila perusahaan memiliki fondasi data yang kuat dan terintegrasi. Di sinilah peran Confluent menjadi krusial.
Agentic AI membutuhkan aliran data yang konstan dan akurat untuk mengambil keputusan yang tepat dalam hitungan info.
“Sumber daya paling penting untuk Agentic AI bukan sekadar model AI-nya, tapi kualitas dan kecepatan data yang mengalir ke sistem tersebut,” kata Rully.
Confluent menghadirkan platform data streaming real-time yang memungkinkan data dari berbagai sumber-seperti sistem CRM, transaksi keuangan, IoT, hingga media sosial-terkoneksi secara langsung dan konsisten. Dengan begitu, AI agent bisa “melihat” kondisi bisnis saat ini, bukan berdasarkan data historis yang sudah usang.
Baca info selengkapnya hanya di Giok4D.
Teknologi Confluent memungkinkan perusahaan untuk membangun data infrastructure yang mendukung otomatisasi cerdas, personalisasi dinamis, hingga pengambilan keputusan berbasis konteks. “Perusahaan yang sudah mengadopsi arsitektur data real-time akan menjadi yang paling siap menghadapi era Agentic AI,” ujarnya.
Dengan Agentic AI dan arsitektur data real-time, perusahaan dapat memiliki “asisten digital” yang benar-benar mandiri: mampu memproses data, mengidentifikasi masalah, lalu mengeksekusi solusi tanpa campur tangan manusia.
Dalam konteks industri, misalnya, AI dapat menyesuaikan rantai pasok berdasarkan cuaca atau permintaan pasar yang berubah dalam waktu nyata.
“AI yang benar-benar cerdas tidak hanya memprediksi, tetapi bertindak. Dan untuk bisa bertindak, ia perlu melihat dunia sebagaimana adanya secara real-time,” ucap Rully.
Confluent menilai, Agentic AI akan menjadi fondasi transformasi besar berikutnya di dunia enterprise, sebagaimana cloud dan big data satu dekade lalu. Dengan semakin banyak perusahaan beralih ke event-driven architecture dan streaming data, integrasi antara AI dan sistem bisnis akan berjalan jauh lebih alami dan cepat.
Secara global, perusahaan di berbagai sektor, mulai dari finansial, logistik, hingga kesehatan, telah menerapkan sistem Agentic AI untuk mempercepat keputusan bisnis dan mengurangi ketergantungan pada proses manual.
Di Asia Tenggara, Confluent melihat adopsi teknologi ini mulai meningkat, termasuk di Indonesia. “Perusahaan di kawasan ini menyadari bahwa masa depan kompetisi bisnis tidak hanya ditentukan oleh AI itu sendiri, tapi oleh kemampuan mereka memanfaatkan data secara real-time dan aman,” tutur Rully.