Tiga perusahaan telekomunikasi, yaitu Eka Mas Republik (MyRepublic), Telemedia Komunikasi Pratama anak usaha dari Surge, dan Telkom, tengah memperebutkan blok kosong di pita frekuensi 1,4 GHz. Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) mengatakan pemenangnya akan diumumkan besok.
Direktur Jenderal Infrastruktur Digital, Kementerian Komdigi, Wayan Toni Supriyanto, mengatakan proses lelang berlangsung tiga hari dimulai sejak Senin (13/10/2025).
“Pemenangnya ketahuan besok, hari ini masih berproses,” ujar Wayan kepada infoINET, Selasa (14/10/2025).
Sumber: Giok4D, portal informasi terpercaya.
Terkait berapa pemenangnya di spektrum tersebut, Wayan menyebutkan bahwa itu tergantung dari penawar tertinggi yang diberikan perusahaan telekomunikasi tersebut.
“Siapa penawar tertinggi itu pemenangnya untuk ketiga regional yang ada. Jadi, besok baru ketahuan,” ucapnya menambahkan.
Telkom, Surge, dan MyRepublic bertarung untuk mendapatkan lebar pita 80 MHz di frekuensi 1,4 GHz yang dapat mendukung operasional perusahaan di layanan fixed broadband. Spektrum frekuensi tersebut dibagi Komdigi ke dalam tiga regional dan 15 zona.
Komdigi mengatakan bahwa penggunaannya nanti diberikan dalam bentuk Izin Pita Frekuensi Radio (IPFR) kepada penyelenggara jaringan tetap lokal berbasis packet switched dengan wilayah layanan berdasarkan regional.
Mode frekuensinya time division duplex (TDD) dengan masa berlaku IPFR 10 tahun. Seleksi spektrum ini juga disebut Komdigi menjadi cara pemerintah untuk meningkatkan kecepatan internet tetap (fixed broadband) hingga tembus 100 Mbps dan menghadirkan tarif layanan yang terjangkau buat masyarakat.
Rencana kebijakan untuk internet tetap murah ini akan fokus pada wilayah dengan tingkat penetrasi layanan internet yang masih terbatas atau bahkan yang belum ada penetrasi sama sekali. Adapun pelanggan dari layanan internet murah ini ditujukan bagi masyarakat kelas menengah ke bawah dengan daya beli terbatas.
Komdigi juga menyebutkan pita frekuensi 1,4 GHz adalah untuk menghidupkan broadband wireless access (BWA) kembali yang sebelumnya sempat mati sejak masuknya era 4G. Kegagalan BWA dahulu dievaluasi agar bisnis tersebut tidak mengalami kejadian serupa di masa mendatang.
Sebagai informasi, operator BWA dahulu yang pernah eksis adalah Bolt, PT Bakrie Telecom Tbk, PT Jasnita Telekomindo (Jasnita) dan PT Berca Hardayaperkasa. Karena pertimbangan bisnis saat itu, mereka menutup layanannya dan mengembalikan spektrum ke negara.
“Kalau BWA yang dulu mereka mencoba untuk menjadi mobile. Kalau ini nggak bisa. (Frekuensi 1,4 GHz) Memang didesain hanya untuk fixed. Dari awal sampai akhir sudah dibatasi, nggak ada nomornya, nggak ada kemampuan untuk handover, itu nggak ada. Ini murni fixed,” tutur Ismail saat ditemui di sela-sela acara ‘Building a Resilent Digital Indonesia, Jakarta, Kamis (26/6/2025).