Usulan Teknologi Solutif untuk Cegah Keracunan Massal MBG

Posted on

Kasus keracunan di program Makanan Bergizi Gratis (MBG) sebenarnya dapat dicegah dengan menggunakan teknologi yang solutif. Memanfaatkan konsep-konsep dasar dari Sains Teknologi Pangan (Food Science and Technology), Logistik Rantai Dingin (Cold Chain Logistics), serta Sistem Keamanan Pangan Digital (Digital Food Safety Systems), ada banyak hal dilakukan.

Berikut ini dirangkum infoINET dari berbagai sumber soal usulan teknologi solutif yang dapat dimanfaatkan dalam upaya mencegah kasus keracunan makanan di program MBG.

Yang perlu dipertimbangkan pertama kali adalah bagaimana dapat memastikan kualitas bahan baku, baik daging dan sayuran, masih dalam keadaan segar. Nah, ini dapat memanfaatkan perkembangan teknologi terbaru di bidang kimia analitik dan mikrobiologi. Caranya dengan memakai Freshness Sensors yang dapat mendeteksi kadar amina biogenik (indikator pembusukan) pada daging, ikan, atau pH pada sayuran.

Selain itu, baik adanya diterapkan sistem traceability berbasis QR. Jadi, setiap batch bahan baku dari supplier wajib memiliki kode QR. Di kode ini lah terdapat informasi waktu panen atau produksi, suhu transportasi, dan lokasi supplier. Jika terjadi keracunan, sumber masalah dapat dilacak dengan cepat.

Demi mencegah kontaminasi silang pada alat dan permukaan, penggunaan alat ATP meter untuk mengukur tingkat kebersihan permukaan alat dan meja masak dapat dilakukan. Untuk memperkuat, penggunaan unit UV-C portabel dibutuhkan untuk sterilisasi area penyimpanan.

Ketika proses memasak, pencegahan terjadinya patogen tidak mati dapat diterapkan menggunakan termometer digital terkalibrasi serta perlengkapan smart cooking. Dengan termometer, suhu internal dapat dipastikan mencapai ambang batas aman pada makanan.

Selanjutnya, ada sistem HACCP (Hazard Analysis and Critical Control Points) yang menggunakan perangkat untuk mencatat data kritis (suhu, waktu tunggu) secara digital, sesuai standar HACCP. Sistem akan otomatis menolak input jika data tidak sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP).

Terkait masalah waktu tunggu yang terlalu lama, sensor suhu dan waktu memanfaatkan IoT (internet of things) logger di kotak makanan bisa dilakukan. Sedangkan untuk pengemasan dapat memakai kemasan yang memiliki label visual yang berubah warna (TTA indicator) jika makanan terpapar suhu tinggi atau waktu terlalu lama.

Terakhir, perlu adanya sistem pelaporan digital untuk menngadukan gejala keracunan secara real-time via aplikasi. Dengan begitu, respons cepat dan penarikan menu yang sama di daerah lain dapat terjadi dengan sigap.

1. Tahap Pengadaan Bahan Baku

2. Tahap Pengolahan

3. Tahap distribusi