Sosok Pakar AI Genius yang Tolak Gaji Rp 16 Triliun dari Zuckerberg

Posted on

Bursa transfer peneliti AI belum lama ini dikejutkan dengan kabar seorang peneliti dari startup Thinking Machines Lab yang ditawari gaji USD 1 miliar atau Rp 16 triliun untuk pindah ke Meta. Kini sosok peneliti AI itu terungkap.

Menurut laporan Wall Street Journal, sosok yang menolak tawaran gaji fantastis itu adalah Andrew Tulloch, peneliti terkemuka dan salah satu pendiri Thinking Machines.

Awalnya, CEO Meta Mark Zuckerberg mendekati co-founder Thinking Machines Mira Murati dan mengajukan tawaran untuk membeli startup-nya. Ketika tawaran itu ditolak, Zuckerberg merespons dengan mendekati belasan karyawan Thinking Machines dan mengajak mereka bergabung ke Meta.

Tulloch jadi target utama Zuckerberg. Pria asal Australia itu ditawari kontrak senilai USD 1 miliar yang, dengan tambahan bonus dan kinerja saham perusahaan, nilainya bisa mencapai USD 1,5 miliar dalam waktu enam tahun.

Tulloch menolak tawaran tersebut, dan rekan-rekannya juga memutuskan tidak mengambil tawaran Zuckerberg. Juru bicara Meta Andy Stone mengatakan Meta tidak tertarik mengakuisisi Thinking Machines, dan menyebut kabar soal tawaran gaji untuk Tulloch tidak akurat.

Lantas, seperti apa sepak terjang Tulloch sampai mendapatkan tawaran gila-gilaan dari Meta? Tulloch lulus dari University of Sydney pada tahun 2011 dengan indeks prestasi kumulatif (IPK) tertinggi di Fakultas Sains.

Setelah lulus, Tulloch sempat bekerja di Goldman Sachs. Ia kemudian melanjutkan pendidikannya dengan mengambil S2 di bidang matematika statistik dan machine learning di University of Cambridge.

Tulloch kemudian pindah ke California, Amerika Serikat untuk bekerja di Facebook, kini bernama Meta, di divisi AI Research Group dan menjadi engineer terkemuka, salah satu posisi teknis tertinggi di perusahaan tersebut.

“Dia jelas dikenal sebagai seorang genius yang luar biasa,” kata Mike Vernal, mantan eksekutif Facebook yang pernah bekerja bersama Tulloch, seperti dikutip dari Wall Street Journal, Selasa (5/8/2025).

Pada tahun 2016, Tulloch ditawari oleh Presiden OpenAI Greg Brockman untuk menjadi salah satu karyawan pertama di startup AI tersebut. Dalam email yang dikirimkan ke Elon Musk, salah satu co-founder OpenAI, Tulloch mengaku ia digaji USD 800.000 per tahun oleh Facebook dan ia ingin menegosiasikan kenaikan gaji.

Saat itu OpenAI menawarkan gaji tahunan sebesar USD 125.000 kepada karyawan baru. Karena tidak ingin melepaskan gaji besarnya di Facebook, Tulloch menolak tawaran Brockman.

Tujuh tahun kemudian, setelah OpenAI merilis ChatGPT dan menjadi sensasi viral, Tulloch akhirnya bergabung dengan OpenAI. Kini, Tulloch dan puluhan mantan karyawan OpenAI lainnya menjadi bagian dari Thinking Machines.