Ikut campur Amerika Serikat (AS) dalam konflik Iran-Israel dengan menyerang tiga lokasi nuklir Iran memicu kekhawatiran tentang kebocoran radiasi di kawasan tersebut dan negara lain di sekitarnya.
Pengawas nuklir Perserikatan Bangsa-Bangsa, International Atomic Energy Agency (IAEA), telah memperingatkan adanya kontaminasi kimia di dalam fasilitas-fasilitas ini. Para ahli mengatakan bahwa setiap serangan terhadap satu-satunya pembangkit listrik tenaga nuklir Iran yang beroperasi, Bushehr, dapat menyebabkan krisis radiasi besar.
Berikut adalah sejumlah hal yang kita ketahui tentang potensi risiko radiasi dan kontaminasi di Iran dan kawasan tersebut, dikutip dari Al Jazeera.
Tentara Israel menyerang situs nuklir Fordow milik Iran sehari setelah situs tersebut menjadi sasaran serangan AS, menurut Morteza Heydari, juru bicara markas besar manajemen krisis provinsi Qom.
Heydari tidak memberikan keterangan lebih lanjut mengenai serangan tersebut, namun mengatakan tidak ada bahaya yang mengancam warga di area tersebut.
Sementara itu, setelah serangan terhadap tiga lokasi nuklir, termasuk Fordow, Trump mengklaim adanya kerusakan besar pada lokasi nuklir tersebut.
Sehari setelah pengeboman oleh AS, Ketua IAEA Rafael Grossi, mengatakan kerusakan signifikan diperkirakan terjadi di lokasi Fordow. Namun tidak seorang pun, termasuk IAEA, yang mampu menilai sepenuhnya kerusakan bawah tanah di Fordow.
“Hal itu dikarenakan muatan bahan peledak yang digunakan dan sifat sentrifus yang sangat sensitif terhadap getaran,” kata Grossi dalam pertemuan darurat Dewan Gubernur IAEA.
Setelah serangan hari Minggu (22/6), tingkat radioaktivitas di Iran dan negara-negara tetangga terpantau normal, demikian yang dikonfirmasi pemerintah masing-masing dan IAEA, yang mencatat bahwa tidak ada radiasi di luar lokasi yang dilaporkan.
IAEA mengatakan bahwa lokasi Isfahan, yang sebelumnya juga diserang oleh Israel, telah mengalami kerusakan tambahan setelah serangan AS. Mereka menambahkan, setiap kontaminasi radioaktif yang disebabkan di Isfahan terbatas pada bangunan yang rusak atau hancur.
“Fasilitas yang menjadi sasaran hari ini tidak mengandung bahan nuklir atau uranium alam atau uranium yang diperkaya rendah dalam jumlah kecil, yang berarti kontaminasi radioaktif terbatas pada bangunan yang rusak atau hancur,” kata badan tersebut.
Grossi mengatakan bahwa serangan AS di Isfahan menghantam beberapa bangunan, termasuk beberapa yang berkaitan dengan proses konversi uranium, sementara pabrik pengayaan bahan bakar di Natanz terkena serangan.
“Inspektur IAEA siap memeriksa fasilitas yang menjadi sasaran ketika disetujui oleh Iran,” ucapnya.
Mengutip situs resmi PBB, sejauh ini IAEA memantau dan melaporkan aktivitas nuklir Iran melalui inspeksi, peralatan pemantauan, pengambilan sampel lingkungan, dan citra satelit.
Ada beberapa kemungkinan alasan mengapa radiasi tetap pada tingkat normal. Salah satunya adalah Iran telah memindahkan infrastruktur nuklirnya untuk mengantisipasi serangan Israel sebelumnya.
Mahdi Mohammadi, penasihat ketua parlemen Iran, Mohammad Bagher Ghalibaf, mengatakan sebelumnya bahwa Iran telah memindahkan infrastruktur nuklirnya dari Fordow untuk mengantisipasi serangan.
Sejauh ini, hanya lokasi pengayaan, tempat uranium diperkaya untuk membuat bom atom, yang terkena serangan. Di lokasi pengayaan, uranium berada dalam bentuk gas, yang bergabung dengan gas fluorida untuk membentuk uranium heksafluorida. Gas ini diputar dalam sentrifus untuk meningkatkan jumlah uranium-235, isotop yang dapat mendukung reaksi berantai fisi nuklir.
Oleh karena itu, jika terkena, uranium heksafluorida dapat bocor keluar dari lokasi pengayaan. Gas fluorida tersebut mematikan jika terhirup dan dapat bersifat korosif terhadap kulit.
Selain itu, fasilitas pengayaan juga dibentengi di bawah tanah dan dikubur ratusan meter di kedalaman, membuatnya sulit rusak dan dengan demikian mengurangi risiko radiasi. Di sisi lain, reaktor nuklir terutama menggunakan uranium. Dalam reaktor nuklir, reaksi berantai fisi terkendali terjadi untuk menghasilkan energi. Biasanya, pengayaan 90% diperlukan untuk membuat bom atom.
Kekhawatiran khususnya muncul terhadap serangan terhadap lokasi nuklir Bushehr. Kepala IAEA memperingatkan akan terjadinya bencana jika pembangkit listrik yang terletak di Pantai Teluk Iran itu terkena serangan.
Grossi mengatakan pada Kamis (19/6) bahwa serangan langsung ke Bushehr, yang dipantau oleh IAEA, akan mengakibatkan pelepasan radioaktivitas yang sangat tinggi ke lingkungan.
Ia menambahkan bahwa Bushehr mengandung ribuan kilogram material nuklir. Dalam skenario terburuk, perintah evakuasi harus dikeluarkan untuk wilayah dalam radius beberapa ratus kilometer dari pabrik, termasuk pusat populasi di negara-negara Teluk lainnya.
Kepala IAEA itu mengatakan bahwa serangan pada dua saluran yang memasok listrik ke Bushehr dapat menyebabkan inti reaktornya mencair, dengan konsekuensi yang mengerikan.
Pihak berwenang perlu mengambil tindakan perlindungan termasuk pemberian yodium kepada penduduk dan mungkin membatasi pasokan makanan, dengan pemantauan radiasi berikutnya yang mencakup jarak beberapa ratus kilometer.