Peningkatan Akses Digital di Indonesia: Infrastruktur Baru di Desa Kalali

Posted on

Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (Bakti), Badan Layanan Umum (BLU) yang berada di bawah naungan Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) mengungkapkan progres infrastruktur digital terbaru di pelosok Indonesia.

Berdasarkan data hingga 10 Juni 2025, Direktur Utama Bakti Komdigi Fadhilah Mathar mengungkapkan ada pencapaian signifikan dalam upaya pemerataan akses digital di seluruh Tanah Air. Laporan tersebut disampaikan kepada Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) Meutya Hafid dalam kegiatan monitoring konektivitas digital secara daring.

“Melalui kerja keras dan kolaborasi berbagai sektor, total sebanyak 27.858 lokasi layanan publik dengan kapasitas (satelit) Satria-1 dan 6.747 desa kini telah terlayani akses internet dan sinyal seluler,” ujar Fadhilah di Desa Kalali, Kecamatan Fatuleu Barat, Kabupaten Kupang, Kamis (12/6/2025).

Adapun, Desa Kalali merupakan salah satu yang menjadi perhatian Bakti Komdigi dalam penyediaan akses internet untuk menunjang kebutuhan masyarakat berselancar di dunia maya. Sebagai informasi, Desa Kalali jaraknya 68 kilometer dari Kota Kupang, kendati begitu layanan digital di sini sangat terbatas jika dilakukan dalam waktu bersamaan.

Sebelumnya, Bakti Komdigi telah membangun base transceiver station (BTS) Universal Service Obligation (USO) dengan koneksi mencapai 4 Mbps. Kebutuhan yang kian tinggi membuat akses menuju dunia maya itu semakin melambat untuk memenuhi berbagai aktivitas di dunia digital.

Untuk itu, pemerintah meningkatkan kapasitas internet menjadi 8 Mbps per titiknya, termasuk di Desa Kalali. Peningkatan kualitas layanan dilakukan melalui modernisasi jaringan transmisi dari VSAT ke microwave dan penyediaan komitmen Committed Information Rate (CIR) melalui kerja sama dengan Telkomsat.

Disampaikan Dirut Bakti Komdigi bahwa kegiatan monitoring ini dilakukan secara reguler oleh BAKTI. Sebelumnya sudah kita lakukan di Papua dan Aceh.

“Yang berbeda saat ini adalah bahwa lokasi-lokasi yang terhubung pada pertemuan kita ini adalah lokasi penyediaan sinyal seluler 4G yang sejak Februari 2025 kapasitasnya telah kita migrasikan, ditingkatkan menjadi sebesar 8 Mbps sehingga ketersediaan kapasitas untuk setiap BTS menjadi lebih terjamin. Hal ini juga berpengaruh pada peningkatan performansi yang kita bisa lihat dari parameter radio seperti latency dan penurunan packet loss,” papar perempuan yang disapa Indah ini.

Kegiatan monitoring juga menjadi forum dialog antara Menteri Komunikasi dan Digital dengan berbagai pihak di lapangan, termasuk Gubernur NTT, Gubernur Maluku Utara, Direktur Utama Telkomsat, kepala desa, kepala puskesmas, serta perwakilan masyarakat dan prajurit TNI di perbatasan RI-Timor Leste.

“Digitalisasi sangat penting, terutama dalam mendukung program One Village One Product (OVOP) yang kami harapkan dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Dengan digitalisasi, akses ke pasar dan e-commerce menjadi lebih mudah, sehingga produk-produk unggulan dari NTT bisa menjangkau pasar yang lebih luas,” tutur Gubernur Provinsi NTT, Emanuel Melkiades Laka Lena.

Mengakhiri pertemuan daringnya, Menkomdigi berpesan agar pemanfaatan internet dapat dipergunakan secara bijak.

“Ini adalah program keberpihakan pemerintah dan amanah Pak Presiden Prabowo Subianto untuk meneruskan program-program yang baik untuk mendorong transformasi digital bagi masyarakat. Dan tranformasi,” pungkasnya.