Kisah Warga Desa Kalali NTT, Cari Sinyal Internet Sampai Naik-Turun Gunung

Posted on

Keberadaan akses internet di era digital seperti saat ini sudah menjadi sebuah keniscayaan. Namun persoalan tersebut belum dirasakan masyarakat di daerah pelosok Tanah Air, khususnya warga Desa Kalali, Kecamatan Fatuleu Barat, Kabupaten Kupang.

Yorianto Mona yang merupakan warga Desa Kalali sekaligus Ketua Badan Permusyawaratan Desa, mengungkapkan kesulitan warga sekitar dalam menikmati layanan internet seperti daerah lainnya. Bahkan, untuk mendapatkan sinyal seluler saja harus menempuh perjalanan jauh terlebih dahulu.

“Apabila kami menghubungi keluarga atau anak kami yang berada jauh, kami harus mencari jaringan, yaitu naik-turun gunung baru bisa mendapatkan sinyal,” ujar Yorianto, Kamis (12/6/2025).

Keluh kesah itu disampaikan Yorianto saat menyampaikan aspirasi warga ketika berdialog dengan Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) Meutya Hafid dalam sambungan video.

Persoalan susah sinyal tersebut kini sudah tak lagi jadi kendala setelah Badan Aksesibilitas Telekomunikasi Indonesia (Bakti) mendirikan base transceiver station (BTS) Universal Obligation Service (USO) di Desa Kalali. Koneksi yang didapatkan ketika hadir itu bisa mencapai 4 Mbps.

Seiring dengan kebutuhan akses digital yang terus meningkat dan masyarakat yang sudah punya perangkat smartphone, koneksi tersebut menjadi melambat. Yorianto pun berharap Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) dapat meningkatkan kapasitas internet di desanya.

“Kami berharap untuk kapasitas jaringa di Desa Kalali ini kami harapkan agar Ibu Menteri tolong perhatikan kami, sehingga bisa meningkatkan kapasitas agar bisa menjangkau yang belum bisa terjangkau,” tuturnya.

Yorianto juga menyebutkan keberadaan akses internet sebagai salah satu faktor pendukung tercapainya program Indonesia Emas di masa mendatang.

Sementara itu, Dien yang merupakan warga Desa Idamdehe Gamsugi, Kecamatan Jailolo, Kabupaten Halmahera Barat, mengeluhkan persoalan yang sama, kesulitan mengakses internet meski sudah ada BTS USO di daerahnnya. Harapan peningkatan kapasitas pun bisa menjadi solusinya.

“Kami berharap ada pembangunan WiFi gratis di sekolah TK, SD, dan gedung-gedung gereja dan karang taruna,” ucapnya.

Menerima masukan dari warga pelosok RI, Meutya mengatakan komitmen pemerintah terkait pemerataan akses internet. Melalui Bakti Komdigi, koneksi internet per titiknya yang sebelumnya 4 Mbps akan ditingkatkan menjadi 8 Mbps.

Meutya pun mengimbau setelah peningkatan kapasitas internet dilakukan pemerintah, masyarakat dapat mengimbanginya dengan pembekalan berupa literasi digital.

“Pemanfaatannya internetnya harus bagus ya, jadi tidak hanya terkoneksi tapi juga harus bijak memakai internetnya. Anak-anak tidak boleh terlalu banyak juga bermain di internet,” pungkasnya.