Telegram, aplikasi yang sering disebut pesaing terkuat WhatsApp, mengaku mendapatkan dukungan besar dari Elon Musk. Startup milik Elon Musk, xAI, dilaporkan membayar Telegram sebesar USD 300 juta untuk meluncurkan chatbot AI Grok di Telegram.
CEO Telegram Pavel Durov mengatakan bahwa ia dan Musk menjalin kemitraan yang memperkuat posisi keuangan Telegram. Selain USD 300 juta dari xAI, Telegram juga akan memperoleh 50% pendapatan dari langganan xAI yang dijual di platform tersebut.
“Musim panas ini, pengguna Telegram akan memperoleh akses ke teknologi AI terbaik di pasar,” tulis Durov dalam postingan yang mengumumkan kemitraan tersebut.
Dikutip infoINET dari CNBC, Musk sendiri mengatakan di X bahwa belum ada kesepakatan yang ditandatangani dengan Telegram, tapi tidak memberikan informasi lebih lanjut.
Telegram melampaui satu miliar pengguna bulanan pada tahun 2025 ini. Ia semakin mengejar WhatsApp yang saat ini punya sekitar 2 miliar pengguna. Telegram populer di negara-negara seperti Rusia dan Ukraina, digunakan oleh pejabat pemerintah dan militer.
Durov sendiri menghadapi penyelidikan di Prancis karena diduga membiarkan aktivitas kriminal termasuk perdagangan narkoba, penipuan, dan pornografi anak di Telegram. Miliarder kelahiran Rusia tersebut meninggalkan Rusia pada tahun 2014 dan saat ini mengoperasikan Telegram dari Dubai.
Durov juga terkenal sering menyerang WhatsApp. Belum lama ini, ia mengadakan kontes berhadiah USD 50 ribu atau sekitar Rp 820 juta untuk menunjukkan superioritas Telegram atas WhatsApp yang menurutnya ketinggalan zaman.
“Kami baru saja meluncurkan kontes pertama kami untuk para kreator konten. Tujuannya sederhana, membuat video viral yang menunjukkan bagaimana Telegram selalu lebih unggul dari peniru murahannya, WhatsApp,” tulis pria kelahiran Rusia itu di akun Telegram-nya.
Ia mengklaim WhatsApp menjalankan kampanye yang menjelek-jelekkan Telegram sehingga perlu dibalas. Ia juga menyebut fitur WhatsApp sudah usang dibanding Telegram. “Saatnya membangunkan pengguna WhatsApp. Mereka terjebak di masa lalu, memakai versi Telegram yang sudah ketinggalan zaman,” tulisnya.
“Selama bertahun-tahun mereka berusaha mati-matian meniru inovasi kami sambil menghabiskan miliaran dolar untuk lobi dan kampanye PR untuk memperlambat kami. Mereka gagal. Telegram tumbuh, menjadi perusahaan menguntungkan dan tidak seperti kompetitor kami, mempertahankan independensinya,” katanya dalam postingan terpisah.