Trump Sunat Anggaran NASA, DPR AS Ketar-ketir Bumi Rawan Dihantam Asteroid

Posted on

Rencana pemerintahan Presiden Donald Trump untuk memangkas anggaran Badan Penerbangan dan Antariksa Nasional (NASA) memicu kekhawatiran serius di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Amerika Serikat. Komite untuk Luar Angkasa, Sains, dan Teknologi DPR AS secara terang-terangan menyuarakan kecemasan mereka, terutama terkait dampak pemotongan tersebut terhadap kemampuan NASA dalam mendeteksi asteroid berbahaya yang mengancam Bumi.

Proposal anggaran yang diusulkan Trump mengusulkan pemangkasan signifikan hingga 24% dari total anggaran NASA. Angka ini bahkan melonjak drastis menjadi 47% khusus untuk program sains, yang di dalamnya termasuk program pertahanan planet.

Anggota DPR dari Partai Republik Valerie Foushee (D-North Carolina) tidak menahan diri dalam kritiknya. Menurutnya, proposal anggaran yang “sangat ramping” ini bisa sangat merugikan. “Jika diberlakukan, skinny budget proposal pemerintahan Trump berisiko menempatkan NASA di jalur menuju ketidakrelevanan,” kata Foushee, dikutip dari laporan Space.

Ia melanjutkan, pemangkasan tersebut sama saja mengancam keamanan ekonomi dan nasional AS. “Menyerahkan kepemimpinan ruang angkasa ke pihak musuh, dan membahayakan posisi kita di dunia,” tambahnya.

Kekhawatiran ini bukan tanpa alasan. DPR AS menggelar rapat kerja pada Kamis lalu, 15 Mei 2025, bersama para ilmuwan untuk membahas skenario jika sebuah asteroid berbahaya terdeteksi akan menabrak Bumi. Topik ini semakin relevan setelah sempat muncul kehebohan yang ditimbulkan oleh asteroid 2024 YR4 beberapa waktu lalu.

Rapat kerja tersebut paling banyak diisi dengan pembahasan mengenai misi Near-Earth Object (NEO) Surveyor. Misi ini merupakan teleskop luar angkasa pertama yang didedikasikan secara khusus untuk mendeteksi asteroid yang berpotensi mengancam Bumi. NEO Surveyor diharapkan dapat meningkatkan kemampuan deteksi asteroid berbahaya secara signifikan.

Teknologi inframerah pada teleskop NEO Surveyor dinilai krusial karena memungkinkan pelacakan obyek yang sulit dideteksi oleh teleskop berbasis cahaya. Contohnya adalah asteroid yang datang dari arah matahari-seperti asteroid yang meledak di Chelyabinsk, Rusia, pada tahun 2013, yang datang dari arah tersebut.

“Kita belum mengetahui adanya objek besar yang punya risiko signifikan menabrak Bumi dalam 100 tahun ke depan -namun masih banyak yang belum ditemukan,” kata Nicola Fox, administrator asosiasi di Direktorat Misi Sains NASA, menjelaskan tantangan yang masih dihadapi.

Amy Mainzer, peneliti utama misi NEO Surveyor dari UCLA, menambahkan bahwa teleskop ini akan sangat membantu mempercepat identifikasi ukuran asteroid dari data orbit yang dikumpulkan. “Itu bagian yang sangat penting dalam menentukan energi tumbukan,” ujarnya.

Direktur Minor Planet Center, Matthew Payne, memaparkan bahwa saat ini mereka melacak 38.000 objek dekat Bumi, dengan lebih dari 2.500 di antaranya dikategorikan berpotensi berbahaya. “Dampak dari salah satu saja bisa sangat menghancurkan,” tuturnya, menekankan potensi ancaman yang ada.

Nicola Fox memperkirakan bahwa misi NEO Surveyor bisa diluncurkan pada tahun 2028, namun dengan catatan “jika pendanaan tersedia.”

Kekhawatiran DPR semakin besar mengingat dokumen awal anggaran Gedung Putih mengisyaratkan kemungkinan penutupan pusat penelitian krusial seperti NASA Goddard dan Ames. Penutupan ini dapat menghambat koordinasi dengan FEMA (Badan Manajemen Kedaruratan Federal) dalam penanganan darurat bencana, termasuk potensi dampak asteroid.

Pemotongan anggaran yang drastis juga dikhawatirkan menciptakan ‘brain drain’ atau eksodus para ahli dan ilmuwan terbaik dari NASA, terlebih dengan adanya laporan pemutusan hubungan kerja (PHK) massal di lembaga lain yang terkait pemantauan bencana alam, seperti NOAA.

“Pertanyaan yang sangat masuk akal adalah apakah NASA seharusnya justru mengeluarkan lebih banyak uang untuk pemantauan dan pertahanan terhadap asteroid,” ujar anggota DPR George Whitesides dari California.

Saat ditanya tentang potensi pemanfaatan kecerdasan buatan (AI) dalam pelacakan asteroid, Payne dan Mainzer sepakat akan efektivitasnya. Namun, Nicola Fox kembali menekankan realitas krusial: “Pendanaan yang memadai tentu saja sangat penting.”

Fox menutup dengan penegasan akan pentingnya kolaborasi global, terutama jika Amerika Serikat kesulitan membiayai upaya pertahanan planet ini sendirian. “Jika kita tidak bisa bersatu menghadapi benda besar yang melaju ke arah planet ini, lalu dalam hal apa lagi kita bisa bersatu?” ujarnya, memberikan pandangan luas tentang tanggung jawab bersama dalam menghadapi ancaman kosmis.