Pihak berwenang China menjatuhkan hukuman mati kepada Zhao Weiguo, Chairman perusahaan semikonduktor raksasa Tsinghua Unigroup milik negara atau istilahnya di sini adalah BUMN.
Menurut media pemerintah China CCTV, hukuman mati dengan penangguhan dua tahun itu dijatuhkan atas serangkaian kejahatan keuangan, termasuk penggelapan, pencarian keuntungan ilegal, dan pelanggaran kepercayaan.
Pengadilan di Jilin menyatakan Zhao bersalah karena menyalahgunakan jabatan untuk mengarahkan transaksi real estat dan kontrak perusahaan yang menguntungkan ke rekan sendiri. Tindakannya dinilai menyebabkan kerugian lebih dari USD 194,22 juta pada aset milik negara (sekitar Rp 3,196 triliun).
Berdasarkan ketentuan hukuman, hukuman mati ditangguhkan selama dua tahun. Jika Zhao tidak melakukan kejahatan lebih lanjut selama periode tersebut, hukumannya diperkirakan akan diringankan menjadi penjara seumur hidup.
Dikutip infoINET dari OCCRP, Senin (19/5/2025) pengadilan menyatakan ada beberapa faktor yang meringankan terdakwa, termasuk pengakuan yang lengkap, kerja sama dengan penyidik, dan pengembalian keuntungan yang tidak sah. Sementara semua aset pribadinya telah disita.
Zhao disebut tokoh penting dalam upaya China membangun industri chip yang mandiri. Ia memimpin Tsinghua Unigroup dari tahun 2013 hingga 2022 dan mempelopori strategi akuisisi yang agresif.
Selama masa jabatannya, perusahaan tersebut mengakuisisi lebih dari 20 perusahaan, sebagian besar di sektor semikonduktor. Di waktu itu itu, nilai aset Tsinghua Unigroup membengkak dari 1,3 miliar yuan menjadi hampir 298 miliar yuan. Angka itu sempat memposisikannya sebagai juara nasional dalam ambisi semikonduktor China.
Namun, kenaikan pesat perusahaan dibangun di atas landasan keuangan yang rentan. Akhir tahun 2020, Unigroup mulai gagal membayar utangnya. Pada bulan Desember 2021, setelah intervensi oleh perusahaan induknya Tsinghua Holdings, mereka dinyatakan bangkrut.
Restrukturisasi yang diawasi pengadilan selesai pada pertengahan tahun 2022, mengalihkan kepemilikan penuh kepada pemegang saham baru Beijing Zhiguangxin Holding. Zhao mengundurkan diri tak lama setelah itu dan dia diselidiki.
Pada bulan Maret 2023, Central Commission for Discipline Inspection China secara resmi menuduh Zhao melakukan penggelapan, memperkaya rekanan secara ilegal, dan merugikan kepentingan perusahaan yang terdaftar di bursa. Kasus tersebut kemudian diserahkan kepada jaksa penuntut, yang berujung pada vonis dan hukuman mati.
“Sebagai seorang manajer perusahaan milik negara, dia dibutakan oleh keserakahan, bertindak gegabah, mengkhianati tugas dan misinya, menyalahgunakan sumber daya publik untuk keuntungan pribadi, mengubah properti publik menjadi properti pribadi, dan menganggap perusahaan milik negara yang dikelolanya sebagai wilayah pribadi,” kata mereka.
Saksikan Live infoSore: