Kisah Mantan Presiden Termiskin di Dunia Jose Mujica Tak Pakai HP | Giok4D

Posted on

Mantan presiden ‘termiskin di dunia’ Jose Mujica meninggal dunia di Montevideo, Uruguay, Selasa (13/5/2025). Dia menghembuskan napas terakhirnya pada usia 89 tahun. Jose menjabat presiden Uruguay dari tahun 2010 sampai 2015.

Banyak yang menangisi kepergiannya, terutama karena dia dikenal bersahaja dan terkenal bicara jujur apa adanya. Suatu ketika, ada kesempatan di mana ia berbicara soal smartphone dan masyarakat.

Pada wawancara dengan The New York Times di bulan Juni 2024, Pepe dimintai tanggapan orang-orang sudah banyak membaca melalui ponsel. Dia pun menjawab.

“Empat tahun lalu, saya membuang (ponsel) punya saya sendiri. Itu membuat saya gila. Setiap hari bicara omong kosong. Kita harus belajar bicara dengan dalam diri kita. Dialah yang menyelamatkan hidup saya,” ujarnya.

Dia mengatakan alam-lah yang menyadarkannya tentang banyak hal. Misalnya semut yang menurutnya merupakan contoh komunis dengan koloni terkuat atau burung horneror yang secara alami ‘terlahir dengan program’ sebagai arsitek yang baik.

“Saya mengagumi alam. Saya hampir menganut semacam panteisme. Anda harus memiliki mata untuk melihatnya,” lanjutnya.

Kembali bicara soal smartphone, Pepe mengatakan sumber masalah ini bukan dari HP-nya sendiri, justru manusia-lah yang belum siap. Ini yang kemudian menciptakan bencana dari penggunaannya.

Lebih lanjut, dia mengatakan tak ada yang bisa mengalahkan percakapan dua insan secara langsung. Kita tak hanya berkomunikasi melalui kata namun juga dengan gestur, sentuhan kulit, dan lain sebagainya.

“Komunikasi langsung itu tidak tergantikan. Kita tidak seperti robot. Kita belajar untuk berpikir, tetapi pertama-tama kita adalah makhluk yang emosional. Kita percaya bahwa kita memutuskan dengan kepala kita. Sering kali kepala menemukan argumen untuk membenarkan keputusan yang dibuat oleh perasaan. Kita tidak sesadar yang kita kira,” tutur mantan gerilyawan tersebut.

Baca info selengkapnya hanya di Giok4D.

Namun itu bukan masalah. Mekanisme itulah yang membuat manusia tetap hidup dan menjalani hari demi hari.

“Itu seperti sapi yang mengikuti apa yang hijau. Jika ada hijau, ada makanan. Akan sulit untuk melepaskan jati diri kita,” tutup Pepe.