Apple sepertinya tak pernah kehabisan inovasi untuk memanjakan para pecinta fotografi mobile. Raksasa teknologi asal Cupertino ini menghadirkan fitur Photographic Style generasi terbaru di iPhone16 series.
Inovasi ini tak hanya menekankan kecanggihan teknologi dan kebebasan berekspresi yang mendalam. Bahkan mampu menghadirkan kembali nuansa foto klasik, termasuk vibe era 1960-an yang ikonik.
Hal ini diungkap Pamela Chen, Chief Aesthetic Scientist for Camera and Photos Apple. Dia mengatakan bahwa pengembangan Photographic Style didasarkan pada prinsip keseimbangan antara presisi teknologi dan kepekaan artistik.
“Kami telah melakukan lompatan besar dalam fotografi komputasional. Sekarang, kami memiliki fleksibilitas untuk merepresentasikan cahaya, bayangan, dan warna sesuai dengan niat artistik fotografer,” ujar Pamela dalam sesi interview eksklusif dengan infoINET.
Menurut Pamela, kemajuan dalam fotografi komputasi memungkinkan iPhone 16 memiliki tonal latitude yang luas, memberikan bahan baku untuk menyesuaikan foto sesuai preferensi pribadi pengguna.
“Kami kini bisa menyesuaikan kualitas cahaya di tahap akhir imaging pipeline untuk menghasilkan kualitas gambar yang lebih tinggi dan fleksibel, sehingga pengguna dapat menangkap momen seperti yang mereka lihat,” ujarnya.
Fitur ini memanfaatkan pemahaman semantik dalam Smart HDR yang menyempurnakan efek cahaya pada berbagai komponen dalam sebuah foto, seperti kulit, rambut, langit, atau pakaian.Tujuannya agar pengguna bisa mengubah gaya foto bahkan setelah pengambilan gambar, termasuk saat memotret dengan resolusi 48 megapiksel dalam format HEIF.
“Kamu bisa menyalin dan menempelkan gaya antar foto, atau menyesuaikan nilai gaya secara manual untuk konsistensi,” ungkap Pamela.
Misalnya, kemunculan kamera portabel seperti 35mm dan kamera instan pada 1900-an mendorong tren mendokumentasikan momen penting, sementara kamera digital memicu fokus pada resolusi dan kecepatan. Lalu kedatangan iPhone pada 2007 mempercepat inovasi kamera dan membuat fotografi lebih mudah diakses.
“iPhone memberi kekuatan visual storytelling di saku setiap orang, meningkatkan jumlah foto yang diambil dan dilihat secara drastis,” ungkap Pamela.
“Kini, orang tidak hanya mengabadikan momen besar, tetapi juga info-info kecil dalam hidup mereka,” sambungnya.
Apple juga melakukan riset global untuk memahami apa yang diinginkan pengguna dari foto mereka. Hasilnya menunjukkan bahwa tidak ada pengaturan kamera universal yang cocok untuk semua orang.
“Dua orang dengan warna kulit sama bisa memiliki preferensi berbeda untuk rendering foto mereka, dipengaruhi oleh budaya, lokasi, suasana hati, atau bahkan pakaian yang mereka kenakan,” kata Pamela.
Dari semua proses riset ini, lahirlah berbagai “Mood Styles” yang terinspirasi dari gaya fotografi paling berpengaruh dari waktu ke waktu.
Salah satunya, Quiet, mengusung gaya impresionistik akhir 1800-an dengan bayangan lembut dan pencahayaan dramatis yang menyerupai lukisan romantik masa itu.
Sementara itu, gaya Luminous menyuguhkan estetika digital modern dengan warna pastel lembut seperti lavender, mint, dan biru telur asin. Mood style ini dirancang untuk memadukan dunia digital dan nyata secara harmonis.
Dua varian hitam-putih juga dihadirkan: Stark Black and White yang terinspirasi gaya dramatis 1960-an dengan kontras tinggi, dan Muted Black and White, penghormatan pada teknik cetak platinum palladium yang menangkap rentang tonal luas dengan halus.
Tak hanya mood, Apple juga memperhatikan personalisasi hingga ke detail warna kulit melalui Undertone Styles. Chen mencontohkan, “Bahkan jika dua orang memiliki warna kulit yang sama persis, mereka bisa saja benar-benar lebih menyukai rendering yang berbeda dalam foto diri mereka.”
Beberapa Undertone Styles yang disebut antara lain Amber (kuning perunggu tua), Gold (emas hangat), Rose Gold (emas mawar hangat), Neutral (menggeser kuning dan merah ke arah ivory dan biru), dan Cool Rose (mengurangi nada kuning dan bergeser ke arah biru dan pink, cocok untuk warna kulit lebih terang).
“Di balik layar Photographic Styles, ada hal-hal yang sangat kuat terjadi yang tidak perlu Anda pikirkan. Ini semantik, dapat dibalik, dan menyenangkan untuk dikontrol,” ujar Chen. Tujuannya adalah membantu pengguna berkreasi dengan cahaya, bayangan, dan pilihan warna tanpa harus menyentuh banyak kontrol teknis.
Lewat kontrol D-pad baru, pengguna bisa mengatur bagaimana cahaya dirender dalam foto. Geser ke bawah untuk menonjolkan sumber cahaya dan bayangan tajam, atau ke atas untuk membuka detail dalam area gelap tanpa kehilangan kualitas gambar.
“Kami ingin membantu pengguna berkreasi dengan cahaya dan warna, tanpa harus memahami kontrol teknis yang rumit. Pada akhirnya, kamu bisa memotret sesuai apa yangkamu lihat dan bagaimana kamu ingin dilihat.” pungkas Pamela.
Menyelami Sejarah 200 Tahun Fotografi
Kendali di Ujung Jari
Misalnya, kemunculan kamera portabel seperti 35mm dan kamera instan pada 1900-an mendorong tren mendokumentasikan momen penting, sementara kamera digital memicu fokus pada resolusi dan kecepatan. Lalu kedatangan iPhone pada 2007 mempercepat inovasi kamera dan membuat fotografi lebih mudah diakses.
“iPhone memberi kekuatan visual storytelling di saku setiap orang, meningkatkan jumlah foto yang diambil dan dilihat secara drastis,” ungkap Pamela.
“Kini, orang tidak hanya mengabadikan momen besar, tetapi juga info-info kecil dalam hidup mereka,” sambungnya.
Apple juga melakukan riset global untuk memahami apa yang diinginkan pengguna dari foto mereka. Hasilnya menunjukkan bahwa tidak ada pengaturan kamera universal yang cocok untuk semua orang.
“Dua orang dengan warna kulit sama bisa memiliki preferensi berbeda untuk rendering foto mereka, dipengaruhi oleh budaya, lokasi, suasana hati, atau bahkan pakaian yang mereka kenakan,” kata Pamela.
Dari semua proses riset ini, lahirlah berbagai “Mood Styles” yang terinspirasi dari gaya fotografi paling berpengaruh dari waktu ke waktu.
Salah satunya, Quiet, mengusung gaya impresionistik akhir 1800-an dengan bayangan lembut dan pencahayaan dramatis yang menyerupai lukisan romantik masa itu.
Sementara itu, gaya Luminous menyuguhkan estetika digital modern dengan warna pastel lembut seperti lavender, mint, dan biru telur asin. Mood style ini dirancang untuk memadukan dunia digital dan nyata secara harmonis.
Dua varian hitam-putih juga dihadirkan: Stark Black and White yang terinspirasi gaya dramatis 1960-an dengan kontras tinggi, dan Muted Black and White, penghormatan pada teknik cetak platinum palladium yang menangkap rentang tonal luas dengan halus.
Menyelami Sejarah 200 Tahun Fotografi
Tak hanya mood, Apple juga memperhatikan personalisasi hingga ke detail warna kulit melalui Undertone Styles. Chen mencontohkan, “Bahkan jika dua orang memiliki warna kulit yang sama persis, mereka bisa saja benar-benar lebih menyukai rendering yang berbeda dalam foto diri mereka.”
Beberapa Undertone Styles yang disebut antara lain Amber (kuning perunggu tua), Gold (emas hangat), Rose Gold (emas mawar hangat), Neutral (menggeser kuning dan merah ke arah ivory dan biru), dan Cool Rose (mengurangi nada kuning dan bergeser ke arah biru dan pink, cocok untuk warna kulit lebih terang).
“Di balik layar Photographic Styles, ada hal-hal yang sangat kuat terjadi yang tidak perlu Anda pikirkan. Ini semantik, dapat dibalik, dan menyenangkan untuk dikontrol,” ujar Chen. Tujuannya adalah membantu pengguna berkreasi dengan cahaya, bayangan, dan pilihan warna tanpa harus menyentuh banyak kontrol teknis.
Lewat kontrol D-pad baru, pengguna bisa mengatur bagaimana cahaya dirender dalam foto. Geser ke bawah untuk menonjolkan sumber cahaya dan bayangan tajam, atau ke atas untuk membuka detail dalam area gelap tanpa kehilangan kualitas gambar.
“Kami ingin membantu pengguna berkreasi dengan cahaya dan warna, tanpa harus memahami kontrol teknis yang rumit. Pada akhirnya, kamu bisa memotret sesuai apa yangkamu lihat dan bagaimana kamu ingin dilihat.” pungkas Pamela.